NEWS

Ekonom Desak Pemerintah Evaluasi Larangan LPG 3 Kg, Berisiko!

Ini risiko-risiko hingga rekomendasi yang diberikan.

Ekonom Desak Pemerintah Evaluasi Larangan LPG 3 Kg, Berisiko!ilustrasi gas LPG 3 kg (migas.esdm.go.id)
04 February 2025

Fortune Recap

  • Ekonom Achmad Nur Hidayat mendesak pemerintah untuk mengevaluasi larangan pengecer menjual LPG 3 kg yang diberlakukan sejak 1 Februari 2025.
  • Kebijakan tersebut dianggap dapat memunculkan gejolak sosial dan ekonomi yang lebih besar, serta membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.
  • Achmad merekomendasikan agar pemerintah memperbaiki sistem distribusi dan pengawasan subsidi LPG 3 kg, bukan dengan cara membatasi akses atau mempersulit rakyat kecil.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Negeri (UPN) Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mendesak pemerintah Indonesia segera mengevaluasi kebijakan larangan pengecer menjual LPG 3 Kg. Kebijakan tersebut resmi diberlakukan pemerintah sejak 1 Februari 2025.

“Jika kebijakan ini terus dipaksakan tanpa evaluasi yang matang, maka bukan tidak mungkin akan muncul gejolak sosial dan ekonomi yang lebih besar,” ujar Achmad dalam keterangan tertulis yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (4/1).

Kemudian dia menyebut bahwa masyarakat makin kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Sementara sektor ekonomi kecil yang seharusnya menjadi tulang punggung justru makin melemah.

“Oleh karena itu, sebelum terlambat, pemerintah harus segera mengevaluasi kebijakan ini dan mencari solusi yang benar-benar berpihak pada rakyat kecil, bukan sekadar solusi yang tampak baik di atas kertas tetapi menyengsarakan dalam pelaksanaannya,” kata Achmad.

Timbulkan masalah di masyarakat

Menurut dia, kebijakan baru ini jelas telah menimbulkan banyak permasalahan bagi masyarakat, terutama kelas bawah dan kelas menengah. Alih-alih memberikan solusi, kebijakan tersebut justru menambah kesulitan bagi mereka yang sudah berjuang keras untuk bertahan hidup.

“Dengan sistem pembatasan yang berbelit dan distribusi yang makin sulit, masyarakat makin terbebani, sementara ekonomi kecil juga mulai terancam,” tutur Achmad.

Beberapa warga di Bogor mulai beralih ke kayu bakar

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.