NEWS

Meta Stop Pemeriksa Fakta, Koalisi: Lemahkan Perangi Hoaks

Koalisi pemeriksa fakta terbesar di Indonesia, CekFakta.com

Meta Stop Pemeriksa Fakta, Koalisi: Lemahkan Perangi HoaksIlustrasi Meta. (Pexels.com/Julio Lopez)
10 January 2025

Fortune Recap

  • Koalisi CekFakta.com kecewa atas penghentian Program Pemeriksa Fakta Pihak Ketiga oleh Meta di AS, khawatirkan dampaknya terhadap Indonesia.
  • Penghentian program pemeriksaan fakta dapat melemahkan upaya memerangi penyebaran informasi palsu di platform Meta, terutama di negara-negara dengan literasi digital rendah.
  • Koalisi mendesak Meta untuk mengklarifikasi dampak kebijakan ini, membatalkan keputusan, dan terus dukung program pemeriksaan fakta di seluruh dunia.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Koalisi pemeriksa fakta terbesar di Indonesia, CekFakta.com terkejut dan kecewa atas kebijakan Meta baru-baru ini. Meta telah mengakhiri Program Pemeriksa Fakta Pihak Ketiga yang dimulai di Amerika Serikat (AS).

Untuk diketahui, CekFakta.com sudah aktif terlibat dalam kegiatan pengecekan fakta di Asia Tenggara sejak tahun 2018 lalu.

“Keputusan Meta untuk menghentikan program pemeriksaan fakta dengan pihak ketiga di Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran akan potensi dampaknya terhadap komitmen Meta di negara lain, termasuk Indonesia,” kata Koordinator Koalisi CekFakta.com, Adi Marsiela lewat keterangan tertulis yang diterima Fortune Indonesia, Jumat (10/1) sore.

Bisa lemahkan upaya perangi hoaks

Menurut dia, kebijakan ini dapat melemahkan upaya memerangi penyebaran informasi palsu atau hoaks di platform Meta, terutama di negara-negara dengan tingkat literasi digital yang rendah. Kebijakan ini juga dapat memicu penyebaran hoaks dan propaganda secara masif, mengingat jangkauan pengguna yang sangat luas di Indonesia.

Selain itu, lanjut Marsiela, mereka pun menyesalkan pernyataan CEO Meta, Mark Zuckerberg yang mengaitkan pengecekan fakta dengan bias politik dan penyensoran. Padahal pemeriksa fakta memiliki standar tertinggi dalam hal pelaporan yang tidak bias, transparansi, integritas, dan akuntabilitas.

“Kami dipantau oleh publik dan secara teratur dinilai oleh badan independen seperti International Fact Checking Network,” tutur Marsiela.

Menurut dia, Facebook dan Instagram memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyebaran misinformasi, termasuk di Indonesia. Per Desember 2024, pengguna Facebook di Indonesia mencapai setidaknya 174 juta, atau sekitar 63% dari total populasi Indonesia yang mencapai 275 juta jiwa. Selain itu, pengguna Instagram di Indonesia mencapai 90,1 juta.

“Angka-angka ini menunjukkan tanggung jawab besar yang dipegang Meta dalam memastikan platformnya tidak digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan,” kata Marsiela.

Sementara itu, sejak 2018, program cek fakta oleh Koalisi CekFakta.com yang bekerja sama dengan platform digital telah menjadi langkah penting dalam memerangi misinformasi di Indonesia.

Program ini melibatkan setidaknya 100 organisasi media, jurnalis, dan pemeriksa fakta independen yang berkomitmen untuk menjaga integritas informasi publik. Kehadiran program tersebut tak hanya membantu mengurangi penyebaran hoaks, tetapi juga meningkatkan literasi digital di masyarakat.

“Koalisi CekFakta.com percaya bahwa penghentian ini dan penggantinya dengan Community Notes dan program moderasi konten lainnya yang berbasis algoritma, bukanlah solusi yang efektif dibandingkan dengan pengecekan fakta oleh media independen,” pungkas Marsiela.

Desak Meta batalkan keputusannya

Oleh karena itu, lebih lanjut dia, Koalisi CekFakta.com mendesak Meta untuk mengklarifikasi dampak dari perubahan kebijakan ini terhadap program pengecekan fakta di negara lain, membatalkan keputusannya dan menggandakan dukungan terhadap program-program pemeriksaan fakta di seluruh dunia, serta terlibat lebih sering dan secara substansial dengan para pemangku kepentingan penting dalam memerangi mis/disinformasi.

“Kami percaya bahwa langkah proaktif Meta dalam mendukung program pemeriksaan fakta selama ini merupakan wujud nyata dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para penggunanya di seluruh dunia. Kami berharap Meta dapat mempertimbangkan kembali kebijakan ini dan terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga integritas informasi di platformnya, terutama di negara-negara dengan basis pengguna yang besar seperti Indonesia,” tutup Marsiela.

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.