BI Masih Cermati Ruang Penurunan Suku Bunga Acuan
Fed diperkirakan pangkas suku bunga dua kali lagi pada 2024.
Fortune Recap
- Gubernur BI, Perry Warjiyo, memperkirakan kemungkinan Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga 50 bps pada November dan Desember.
- BI tidak hanya berfokus pada proyeksi penurunan suku bunga Fed karena FFR hanya salah satu faktor yang berpengaruh terhadap masuknya portofolio asing ke Indonesia.
- BI juga mencermati indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia (DXY) dan pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan tetap baik.
Jakarta, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan masih mencermati arah penurunan Suku Bunga Acuan Amerika Serikat, Fed Fund Rate (FFR). Ia memperkirakan kemungkinan Fed masih akan melakukan pemangkasan 50 bps tahun ini, yakni pada November dan Desember masing-masing sebesar 25 bps.
Sedangkan tahun depan, bank sentral memprediksi Fed akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 75-100 bps.
"Arahnya memang kami masih melihat ada ruang penurunan suku bunga ke depan. Cuma masalah timing dan magnitude. Tentu saja kami akan mengukur, istilahnya data-dependent. Tapi arahannya ke sana. Untuk bulan ini, karena ketidakpastian pasar keuangan global, kami fokus dulu pada stabilitas nilai tukar rupiah," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (16/10).
Meski begitu, BI tidak hanya akan berfokus pada proyeksi penurunan suku bunga Fed. Pasalnya, FFR hanya salah satu faktor yang berpengaruh terhadap masuknya portofolio asing ke Indonesia. Di samping itu, perubahan terhadap penurunan FFR juga diperkirakan tidak akan terlalu besar.
Saat ini, kata Perry, pihaknya justru mencermati imbal hasil US Treasury 2 tahun dan 10 tahun yang rentan dengan gejolak geopolitik global.
"Karena ada ketegangan geopolitik di Timur Tengah, US Treasury Note yang 2 dan 10 tahun, yang semula kami perkirakan terus turun—kan bulan lalu begitu, yang 2 tahun turunnya lebih cepat, yang 10 tahun agak lebih lambat—sekarang enggak turun malah naik," ujarnya.
Indikator lainnya yang kini tengah dicermati BI adalah indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia (DXY), yang mulai kembali menguat.
"Bulan lalu sudah 101 bahkan mengarah pada 100. Begitu ada ketegangan geopolitik di Timur Tengah, sekarang 103. Malah di atas 103. Nah, tiga hal itu yang berpengaruh terhadap aliran masuk portofolio asing ke berbagai dunia dan nilai tukar. Jadi, kesimpulannya, kalau arah Fed Fund Rate ada perbedaan sebenarnya enggak terlalu signifikan. Yang signifikan adalah pengaruh ketegangan geopolitik di Timur Tengah," katanya.
Meski berkonsentrasi pada stabilitas nilai tukar, Perry juga menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia tetap tumbuh baik dan perlu terus didorong agar lebih tinggi.
Sejauh ini, perekonomian pada triwulan III-2024 didukung oleh permintaan domestik dan investasi yang tetap kuat, khususnya investasi bangunan, sejalan dengan penyelesaian berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Konsumsi rumah tangga, khususnya kelas menengah ke atas, juga tetap terjaga. Sementara itu, ekspor nonmigas tumbuh positif di tengah perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas.
Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ditopang oleh industri pengolahan, konstruksi, serta perdagangan besar dan eceran. Secara spasial, kinerja perekonomian terjaga di seluruh wilayah.
Pada triwulan IV-2024, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap baik, ditopang terutama oleh kenaikan investasi dan baiknya konsumsi rumah tangga, serta peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun.
"Secara keseluruhan tahun, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5 persen dan meningkat pada 2025. Ke depan, berbagai upaya perlu terus ditempuh untuk mendorong pertumbuhan, baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran," katanya.