Kementerian ESDM Optimistis Oversupply Listrik Selesai di Era Prabowo
Target tinggi pertumbuhan ekonomi akan serap banyak listrik.
Fortune Recap
- Rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) akan disesuaikan dengan target pertumbuhan ekonomi pemerintahan baru.
- PLN berencana menambah bauran energi baru dan terbarukan hingga 75 persen dalam RUPTL terbaru.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu, optimistis masalah kelebihan pasokan listrik akan segera teratasi tahun depan. Pasalnya, kata dia, permintaan tenaga listrik akan meningkat seiring dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto.
"[Kalau] growth cukup tinggi, ini akan teratasi dalam waktu dekat. Tahun depan sudah selesai tuh," ujarnya saat ditemui di Hotel Bidakara, Jumat (4/10).
Jisman juga mengatakan bahwa ke depannya rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) akan disesuaikan dengan target pertumbuhan ekonomi pemerintahan baru. Dengan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, menurutnya, tambahan daya yang berpotensi masuk dalam revisi RUPTL juga akan lebih besar.
"Yang jelas kita mau mengejar pertumbuhan ekonomi 8 persen, tentu listriknya juga didorong lebih besar lagi sehingga makin besar," katanya.
Di samping itu, menurut Jisman, pemerintah tengah mempertimbangan rentang waktu RUPTL baru yang nantinya akan menggantikan RUPTL yang saat ini berlaku. Semula, revisi RUPTL baru akan mencakup penyediaan tenaga listrik dalam rentang satu dekade yakni 2025 hingga 2040.
Namun, pemerintah tengah mempertimbangkan agar perencanaan tersebut dibuat lebih panjang, yakni menjadi 15 tahun.
"Ada kayak ini [menjadi 2040] supaya agak lebih jauh. Jadi, perencanaan ini tuh bisa lebih panjang," kata Jisman.
Sebelumnya PT PLN (Persero) berencana merevisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 dengan mempertimbangkan proyeksi terbaru permintaan listrik dan munculnya konsumen tegangan tinggi.
Jisman mengatakan, proyeksi permintaan tersebut juga diubah menjadi tiga skenario yakni rendah, menengah, dan tinggi.
"Berdasarkan poin-poin di atas, PLN mempertimbangkan untuk melakukan perubahan RUPTL 2021-2030," ujarnya dalam rapat kerja di Komisi VII DPR tahun lalu.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan dalam RUPTL terbaru, pada 2024-2033, perusahaannya berencana menambah bauran energi baru dan terbarukan (EBT) hingga 75 persen.
Ini akan dilakukan dengan menambah pembangkit EBT yang bersifat baseload sebesar 31 GW dan EBT bersifat intermittent yakni variabel angin dan solar sekitar 28 GW.
Kemudian, PLN juga memasukkan energi baru alias nuklir sebesar 2,4 GW dan bisa bertambah menjadi 5-6 GW.
“Jadi, 75 persen penambahan kapasitas pembangkit adalah berbasis EBT sekitar 60-62 GW, sedangkan ada penambahan sekitar 20 GW yaitu penambahan pembangkit berbasis gas,” ujarnya.