Menhub: Bioavtur Digunakan Bertahap Mulai 2027
Menhub sebut pengubahan avtur fosil ke SAF tak mudah.
Fortune Recap
- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membahas rencana penggantian avtur berbahan bakar fosil menjadi sustainable aviation fuels (SAF) secara bertahap.
- Pemerintah berupaya menciptakan skala ekonomi untuk masa mendatang agar Indonesia memiliki tempat atau bahan sebagai campuran avtur agar dapat menjadi produsen SAF.
- Indonesia menyatakan komitmennya mengembangkan SAF, meningkatkan akses keuangan, serta memperkuat kemitraan untuk mempromosikan SAF dalam revolusi hijau penerbangan.
Jakarta, FORTUNE - Pemerintah tengah membahas rencana penggantian avtur berbahan bakar fosil menjadi sustainable aviation fuels (SAF) atau Bioavtur secara bertahap.
Menurut Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, pemerintah telah mengajukan langkah ke sana melalui berbagai pembicaraan dan inisiasi yang dikomandoi Kemenko Kemaritiman dan Investasi.
Namun, mengubah penggunaan avtur fosil ke SAF tidak mudah karena berkaitan dengan hal teknis, pendanaan, dan pemasaran.
Karena itu, pemerintah saat ini berupaya membuat skala ekonomi untuk masa mendatang agar Indonesia memiliki tempat atau bahan sebagai campuran avtur agar dapat menjadi produsen SAF, tidak hanya konsumen.
"Kami berpikir bahwa tidak saja mengubah penggunaan avtur yang berbahan bakar fosil, tetapi kami akan meningkatkan atau mengubah secara bertahap dengan avtur yang ramah lingkungan,” kata Budi seperti dikutip Antara, Selasa (17).
“Bertahap kami akan mulai lakukan itu di 2027, dan kita akan final semuanya selanjutnya. Karena selain teknologinya dibutuhkan, keuangannya juga harus mencari titik terbaik,” ujarnya.
Indonesia juga menyatakan komitmennya mengembangkan SAF, meningkatkan akses keuangan, serta memperkuat kemitraan untuk mempromosikan SAF dalam revolusi hijau penerbangan.
“Hari ini kita akan menjajaki strategi untuk memajukan pengembangan SAF, meningkatkan akses keuangan, serta memperkuat kemitraan untuk mempromosikan SAF dalam revolusi hijau penerbangan," ujarnya pada Forum Transportasi Udara Asia Pasifik 2024 atau Asia-Pacific Air Transport Forum 2024.
Komitmen tersebut sejalan dengan agenda Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), yang menyoroti pentingnya peran SAF dan bahan bakar penerbangan rendah karbon/lower carbon aviation fuels (LCAF) dalam mengurangi emisi CO2.
Budi Karya mengatakan bahwa dengan bahan baku SAF yang melimpah dan teknologi yang terus berkembang, kawasan Asia Pasifik sangat penting bagi pasokan SAF global dan implementasinya.
Dia berharap forum ini dapat memicu dialog dan menginspirasi peningkatan masa depan ruang udara terpadu, produksi, serta pembiayaan SAF agar tercipta sektor penerbangan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
"Forum ini bertujuan untuk memicu dialog dan menginspirasi tindakan, dari peningkatan produksi dan pembiayaan SAF, hingga membayangkan masa depan ruang udara terpadu. Partisipasi, keahlian, dan kolaborasi Anda sangat penting untuk mencapai sektor penerbangan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” katanya.