Produksi Melambat, PMI Manufaktur Oktober 2023 Turun ke 51,5
Level ketenagakerjaan turun pertama kalinya sejak Juni 2023.
Jakarta, FORTUNE - Aktivitas manufaktur Indonesia mengalami perlambatan pada Oktober 2023. Hal tersebut tecermin pada data Purchasing Manager's Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Rabu (1/11).
PMI Indonesia turun dari 52,3 pada September menjadi 51,5 pada Oktober 2023—meskipun angka ini masih di atas level 50,0 yang menunjukkan kondisi ekspansi.
Data terbaru juga menunjukkan bahwa kondisi sektor manufaktur membaik selama 26 bulan berturut-turut, meskipun dengan laju pertumbuhan yang paling lambat sejak Mei.
Penyebab penurunan indeks PMI adalah perlambatan pertumbuhan produksi pada Oktober.
Ini adalah perlambatan terparah dalam empat bulan terakhir meskipun tingkat ekspansi produksi masih kuat.
Penyebab utamanya adalah melemahnya pertumbuhan penjualan pada Oktober, dengan laporan yang mengindikasikan bahwa beberapa perusahaan mengalami penurunan permintaan pada awal triwulan terakhir.
"Selain itu, permintaan ekspor yang menurun mengakibatkan penurunan marginal dalam permintaan baru dari luar negeri," demikian S&P dalam keterangan resminya.
Akibat dari perlambatan bisnis baru, perusahaan manufaktur Indonesia berhasil mengatasi akumulasi pesanan tertunda. Ini membuat tingkat pekerjaan yang belum terselesaikan selama empat bulan terakhir juga mengalami penurunan.
Perbaikan dalam pasokan juga membantu pemenuhan pesanan yang masih tertunda, dengan waktu tunggu pesanan yang lebih pendek berkat ketersediaan bahan baku dan efisiensi transportasi.
Tingkat ketenagakerjaan turun
Sementara itu, penurunan tekanan kapasitas menyebabkan penurunan pertama dalam tingkat ketenagakerjaan sejak Juni 2022, meskipun hanya bersifat marginal.
"Namun, aktivitas pembelian terus berkembang seiring dengan peningkatan permintaan baru dan produksi, yang mengakibatkan peningkatan inventaris bahan baku. Stok barang jadi juga meningkat kembali pada bulan Oktober," lanjut laporan tersebut.
Dari segi harga, biaya bahan baku rata-rata meningkat, mengakhiri periode inflasi yang telah berlangsung sejak Desember 2029.
Dengan tingkat inflasi yang mencapai posisi tertinggi sejak Maret, biaya bahan baku, transportasi, dan keuangan juga mengalami kenaikan, yang mengakibatkan peningkatan biaya pengoperasian.
Meskipun begitu, tingkat inflasi harga bahan baku masih berada di bawah rata-rata jangka panjang.
Perusahaan manufaktur di Indonesia juga telah melempar sebagian beban kenaikan biaya ke konsumen, yang berimbas kenaikan harga jual rata-rata selama empat bulan berturut-turut.
Pun demikian, tingkat inflasi biaya produksi sedikit menurun dibandingkan dengan September, sehingga kenaikan harga yang dilakukan perusahaan lebih lambat.
"Optimisme mengenai perkiraan produksi pada tahun mendatang turun ke tingkat terendah dalam delapan bulan. Panelis yang disurvei mengatakan bahwa kepercayaan bisnis menurun karena ketidakpastian seputar perkiraan ekonomi global semakin meningkat," demikian S&P.