Tumbuh 5,01%, Kinerja Industri Manufaktur Bangkit pada 2022
Pemerintah akan berfokus pada program hilirisasi komoditas.
Jakarta, FORTUNE – Industri manufaktur Indonesia melanjutkan pemulihannya sepanjang tahun lalu. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pengolahan nonmigas pada 2022 melaju 5,01 persen, lebih tinggi dari 3,67 persen pada tahun sebelumnya.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (6/2), mengatakan sektor industri masih menjadi penopang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami sangat mengapresiasi kinerja yang gemilang ini, bahwa sektor industri menufaktur konsisten memberikan kontribusi yang paling besar terhadap perekonomian nasional. Selain itu, pertumbuhan industri di atas lima persen ini juga mengartikan bahwa ekonomi Indonesia sudah kembali pulih dan bangkit,” katanya.
Produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun lalu tumbuh 5,31 persen, sementara pada 2021 hanya 3,70 persen, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Tiga sektor manufaktur menjadi sumber penopang pertumbuhan ekonomi tahun lalu: industri makanan minuman, tumbuh 4,90 persen; industri alat angkutan 10,67 persen; dan industri logam dasar 14,80 persen.
Agus mengatakan pertumbuhan industri makanan dan minuman bertopang pada peningkatan produksi komoditas serta kenaikan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) seiring permintaan global yang tinggi.
Selanjutnya, industri alat angkutan tumbuh karena didukung oleh kebijakan diskon pajak penjualan barang mewah (PPnBM).
Sementara itu, industri logam dasar tumbuh berkat peningkatan kapasitas produksi di sentra pertambangan seiring membaiknya harga komoditas di pasar ekspor.
Indikator strategis
Agus membeberkan sejumlah indikator strategis lain yang menunjukkan kebangkitan industri manufaktur.
Indeks Kepercayaan Industri dan Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur, misalnya, berada pada level ekspansif sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, realisasi investasi industri manufaktur pada 2022 mencapai Rp497,7 triliun, dan serapan tenaga kerja mencapai 19,11 juta orang.
Lalu, indikator ekspor industri pengolahan nonmigas berada pada jalur positif dengan nilai US$206,35 miliar, atau naik 16,45 persen dari US$177,2 miliar pada tahun sebelumnya.
Memasuki 2023, sektor manufaktur masih melanjutkan ekspansinya. Kementerian Perindustrian melaporkan hasil IKI pada Januari 2023 menempati posisi 51,54 atau naik dibandingkan IKI Desember 2022 yang menyentuh level 50,9. Sedangkan, S&P Global melaporkan PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2023 mencapai 51,3.
Di tengah perlambatan ekonomi global, kata Agus, utilisasi sektor industri manufaktur rata-rata telah mencapai di atas 71 persen. Artinya, aktivitas produksi semakin menggeliat untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
“Pemerintah tetap antisipatif dan menyiapkan berbagai kebijakan strategis untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu fokusnya adalah mengembangkan sektor industri manufaktur agar lebih produktif dan inovatif,” katanya.
Pemerintah dalam jangka pendek akan menggulirkan kebijakan untuk memperkuat konsumsi domestik dengan mendorong penggunaan produk dalam negeri. Sedangkan, untuk jangka menengah dan panjang, transformasi ekonomi untuk meningkatkan daya saing dan investasi di sektor industri, termasuk menyiapkan SDM industri yang kompeten, akan diteruskan, ujarnya.