Ramez Naam Apresiasi PLN Manfaatkan Teknologi untuk Masa Depan Energi
Tangkap peluang dari memanfaatkan tren teknologi global
Jakarta, FORTUNE – Climate tech investor, clean energy advocate, award-winning author, Ramez Naam, mengatakan bahwa PT PLN (Persero) sangat terlibat dalam masa depan, terutama pada transisi energi. Ia juga menambahkan para insan di PLN melihat kesempatan untuk memanfaatkan tren teknologi global demi penurunan biaya teknologi energi, seperti pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
“Tenaga surya adalah teknologi energi tunggal yang harganya turun paling cepat di seluruh dunia. Biaya panel surya telah turun hingga 900 kali lipat selama 50 tahun terakhir, tidak seperti teknologi lainnya di Bumi,” ujar Ramez Naam saat menjadi pembicara Joint Executice Leadership Training PLN yang bertajuk ‘Shaping The Future: The New Energy Paradigm & The Power of Digital Transformation’ di Jakarta, Jumat (23/8).
Ramez Naam yang juga merupakan Founder of Planetary Venture Capital mengungkapkan PLN di bawah kepemimpinan Darmawan Prasodjo melihat tren ini dan menyadari adanya peluang dari memanfaatkan tren teknologi global.
“PLN benar-benar meningkatkan pembangunan energi melalui penggunaan teknologi karena demi mengurangi polusi udara yang pada akhirnya berdampak baik untuk Bumi dan masyarakat. Ini adalah cara termurah untuk menggerakkan pertumbuhan energi bersih di Indonesia,” tambahnya.
Peluang dalam transisi energi
Ramez Naam juga menambahkan bahwa 90 persen teknologi pembangkit listrik baru yang dibangun di seluruh dunia pada tahun 2024 adalah tenaga surya dan tenaga angin.
“Tenaga surya menggandakan skalanya setiap 3 tahun, baterai pun menggandakan skalanya setiap 18 bulan, kendaraan listrik memiliki tingkat pertumbuhan tahunan hampir 60 persen. China yang merupakan pasar otomotif terbesar di dunia juga memiliki plug-in, baik mobil listrik berbaterai atau hybrid,” katanya.
Menurut Ramez, Indonesia memiliki potensi tenaga surya yang besar, salah satunya karena konsistensi sinar matahari sepanjang tahun. Ia menjelaskan, beberapa negara lain memiliki musim panas yang sangat cerah, tetapi mereka juga punya musim dingin yang mengakibatkan lebih sulit untuk menggunakan tenaga surya.
“Jika negara lain masih harus memenuhi kebutuhan listrik di musim dingin, Indonesia memiliki sumber daya tenaga surya yang baik selama sepanjang tahun. Itu adalah aset besar karena kita menginginkan daya yang stabil,” jelasnya.
“Sebagai negara kepulauan, Indonesia harus menemukan cara untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut dengan transmisi dan sebagainya. Tapi pada dasarnya, Indonesia memiliki sinar matahari dan mineral yang diperlukan dalam transisi energi, dan itu jadi peluang besar,” tandas Ramez Naam.
Sementara itu, PLN melalui subholding PLN Nusantara Power berhasil menyambung pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara ke jaringan transmisi atau sinkronisasi tahap I sebesar 10 Megawatt (MW) dari total 50 MW.
PLN pun telah menuntaskan pengerjaan jaringan transmisi dan di saat bersamaan, PLN terus mengembangkan infrastruktur pendukung lainnya seperti jaringan distribusi dan melanjutkan konstruksi tahap II PLTS IKN berkapasitas 40 MW. Dengan beroperasinya PLTS, maka kawasan IKN dialiri listrik dari energi ramah lingkungan. (WEB)