Inflasi Turki Mei Tembus 73,5% , Dekati Rekor Tertinggi dalam 24 Tahun
Turki pernah mencapai rekor inflasi 76,6 persen pada1998.
Jakarta, FORTUNE - Tingkat inflasi tahunan Turki melonjak menjadi 73,5 persen pada Mei 2022. Angka itu melampaui inflasi Turki pada 2002 yang mencapai 73,2 persen bahkan mendekati rekor inflasi tertinggi yang menyentuh 76,6 persen pada 1998.
Lonjakan sudah terjadi sejak musim gugur 2021 (September–November) akibat beberapa faktor seperti: perang Rusia-Ukraina, meroketnya harga energi, dan kejatuhan mata uang lira.
Ketika Turki tengah berjuang mengakhiri inflasi yang begitu tinggi selama satu dekade, perkiraan konsensus tahunan justru naik ke 76,55 persen.
Institut Statistik Turki (TUIK) melaporkan, harga konsumen bulanan meningkat 2,98 persen. Biaya transportasi dan makanan masing-masing juga meroket 108 persen dan 92 persen sepanjang 2021. Bahkan, indeks harga produsen domestik naik 8,76 persen (MoM) pada Mei dan 132,16 persen (YoY).
Proyeksi inflasi Turki hingga akhir 2022
Kendati inflasi tahunan naik signifikan, Menteri Keuangan Turki, Nureddin Nebati mengatakan, inflasi bulanan relatif lebih rendah.
Sebelumnya, ia bahkan menyatakan inflasi akan turun ke satu digit saat pemilihan umum tahun depan, dengan program ekonomi yang diklaim mengutamakan: suku bunga rendah, produksi dan ekspor tinggi, dan surplus transaksi berjalan.
Akan tetapi yang terjadi justri sebaliknya, defisit perdagangan melesat 157 persen (YoY) pada Mei, menjadi US$10,7 miliar disebabkan impor energi yang begitu tinggi.
Di sisi lain, bank sentral justru memproyeksikan inflasi akan kembali jadi satu digit pada akhir 2024. Sementara itu, para ekonom memperkirakan inflasi akan tetap tinggi tahun ini dan berakhir di level 63 persen pada penghujung 2022. Itu lebih tinggi 52 persen dari proyeksi bulan lalu.
“Tak mungkin bagi Turki—yang telah melewati aturan doktrin ekonomi—memecahkan masalah utama inflasi tinggi dengan kebijakannya saat ini,” ujar Ekonom Arda Tunca, dikutip dari Reuters, Senin (6/6).