Jakarta, FORTUNE - Hong Kong semakin memperhatikan kebutuhan wisatawan Muslim untuk menarik lebih banyak pelancong dari Timur Tengah dan Asia Tenggara. Meski telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam dua tahun terakhir, masih banyak celah yang harus dibenahi agar kota ini benar-benar menjadi destinasi wisata ramah Muslim.
Jumlah restoran bersertifikat halal di Hong Kong telah meningkat dari 63 pada tahun 2022 menjadi 142 pada tahun 2024. Menjelang akhir 2025, Incorporated Trustees of the Islamic Community Fund (BOT) menargetkan lebih dari 500 tempat usaha halal mendapatkan sertifikasi.
“Sejak Juli 2024, Hong Kong Tourism Board (HKTB) bekerja sama dengan BOT dan Crescent Rating telah mengadopsi standar sertifikasi halal yang mencakup restoran, hotel, atraksi, pusat perbelanjaan, dan tempat MICE,” kata Nixie Lam, penasihat BOT dan anggota legislatif dari Democratic Alliance for the Betterment and Progress of Hong Kong (DAB), melansir Salaam Gateway, Senin (2/11).
Pilihan kuliner halal terus bertambah dengan masakan Timur Tengah, India, dan Malaysia kini tersedia di distrik populer seperti Tsim Sha Tsui, Central, dan Wan Chai. Islamic Centre Canteen dikenal dengan hidangan khas Kanton halal, sementara Toast Box menjadi restoran Singapura pertama yang bersertifikat halal.
Pidato Kebijakan 2024 oleh Kepala Eksekutif John Lee menyoroti pentingnya mendukung wisatawan Muslim, termasuk rencana menyediakan layanan bahasa Arab di taksi dan bandara, daftar restoran halal, serta fasilitas salat di hotel.
Namun, Ilnur Minakhmetov, seorang pendidik dan duta budaya, menyarankan agar fokus diarahkan pada spanduk ucapan seperti ‘Eid Mubarak’ daripada papan petunjuk berbahasa Arab. “Peningkatan kemampuan bahasa Inggris sopir taksi seharusnya menjadi prioritas,” tambahnya.
Selain itu, DAB merencanakan rekrutmen pemandu wisata Muslim serta menyelenggarakan pasar makanan Ramadan dan festival budaya untuk memperkenalkan tradisi Islam kepada masyarakat luas.
Kesenjangan dan peluang di masa depan
Meski ada peningkatan, restoran halal hanya mencakup 1,9 persen dari total 17.500 restoran di kota ini. Di sektor perhotelan, hanya 21 hotel dari 321 yang menerima Muslim-friendly Crescent Rating, termasuk merek internasional seperti Kowloon Shangri-La dan Mira Hong Kong.
“Selama 13 tahun saya di Hong Kong, saya tidak pernah menemukan sajadah atau penunjuk arah kiblat di kamar hotel,” ungkap Minakhmetov.
Sharifa Leung, pendiri 3 Hani Enterprises, menambahkan bahwa fasilitas rekreasi seperti jam renang terpisah berdasarkan gender masih jarang ditemukan. Selain itu, banyak tempat wisata dan hotel belum menyediakan ruang salat atau fasilitas wudhu yang memadai.
Populasi Muslim global diproyeksikan meningkat dari 2,12 miliar pada 2024 menjadi 2,47 miliar pada 2034. Dengan peluang besar ini, Hong Kong harus meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan wisatawan Muslim.
“Saat ini, belum ada Muslim yang bekerja di HKTB atau InvestHK. Bagaimana Hong Kong dapat memasarkan diri sebagai destinasi ramah Muslim tanpa melibatkan orang yang memahami budaya Islam?” tanya Minakhmetov.
Dengan langkah-langkah seperti sertifikasi halal yang lebih luas, fasilitas salat yang mudah diakses, dan pelibatan komunitas Muslim dalam perencanaan pariwisata, Hong Kong berpotensi menjadi pilihan utama bagi wisatawan Muslim di masa depan.