Jakarta, FORTUNE - PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah) terus menjaga kualitas bisnisnya dalam penyaluran Pembiayaan di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu strategi yang diterapkan ialah selektif dalam pembiayaan.
Direktur BTPN Syariah, Arief Ismail pada public expose online (27/8) mengakui bahwa segmen ultra mikro di lapangan masih cukup menantang. Apalagi, BTPN Syariah cukup aktif menyalurkan kredit ke segmen ultra mikro. Bank syariah ini juga melakukan pendampingan lebih intensif untuk mempertahankan kualitas pembiayaan.
"Bank berupaya menjaga kualitas dengan selektif menyalurkan pembiayaan. Selain itu Bank juga sedang memperkuat pendampingan kepada nasabah agar semakin terbangun perilaku unggul. Upaya ini, Insya Allah dapat menjaga kualitas bisnis. Dengan demikian, hal tersebut memberikan ruang dan kesempatan bagi Bank untuk tetap tumbuh secara berkelanjutan," kata Arief.
NPF net BTPN Syariah membaik
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Keuangan BTPN Syariah Fachmy Achmad menyebutkan bahwa, selain ekonomi Indonesia melambat, para pelaku usaha ultra mikro masih belum bangkit pasca pandemi Covid-19.
Dengan strateginya tersebut, BTPN Syariah masih mencatatkan perbaikan Non Performing Finance (NPF) di level 0,02 persen di Semester I-2024 atau membaik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di 0,40 persen.
“Kami merasa yakin bahwa mereka butuh waktu untuk proses perbaikan dan untuk membantu hal tersebut maka BTPN Syariah hadir untuk terus memperkuat pendampingan kepada masyarakat inklusif," kata Fahmi.
Pembiayaan BTPN Syariah capai Rp10,44 triliun
Sementara itu, dengan penerapan strategi selektif, penyaluran pembiayaan BTPN Syariah mencapai Rp10,44 triliun hingga semester I-2024 atau sedikit terkontraksi bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp12 miliar.
Namun demikian, hingga akhir Juni 2024, bank syariah ini masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp552 miliar. Sementara, rasio keuangan Bank tetap sehat, terlihat dari ROA yang sebesar 6,6 persen dan CAR sebesar 50,1 persen.
Seperti diketahui sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi RI melambat menjadi 5,05 persen pada kuartal II 2024 dibandingkan kuartal I 2024 yang mencapai 5,11 persen. Dalam semester tersebut juga terjadi deflasi.