Strategi BSI Menuju Bank Syariah Kelas Dunia
BSI menyebut upaya ini sebagai Strategi Beyond Banking.
Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Indonesia secara resmi beroperasinya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sejak 1 Februari 2021. Peresmian bank syariah terbesar di Indonesia ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menjadikannya pusat keuangan syariah dunia.
BSI merupakan hasil merger dari tiga bank syariah milik negara, yaitu PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Berdirinya BSI didasarkan atas izin dari OJK dengan Nomor SR-3/PB.1/2021 tanggal 27 Januari 2021 perihal Pemberian Izin Penggabungan 3 bank BUMN syariah menjadi BSI.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi menyampaikan bahwa pihaknya tengah menyusun rangkaian strategi untuk menjadikan perusahaan menjadi salah satu bank syariah kelas dunia, yang selama ini didominasi oleh bank syariah dari negara-negara Timur Tengah. Menurutnya, saat ini perusahaan sudah berada di jalan yang tepat untuk mewujudkan tujuan tersebut.
“Selain mengembangkan kompetensi SDM dan transaksi digital, BSI juga masuk ke industri Halal atau ekosistem Syariah yang memiliki potensi sangat besar. BSI menyebutnya sebagai Strategi Beyond Banking,” ujar Herry Gunardi kepada Fortune, pada Jumat, (16/7).
Herry menyebutkan bahwa dalam mengembangkan industri halal di Indonesia, BSI bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti regulator (OJK, BI, KNEKS), Asosiasi (MES, Asbisindo, IAEI) dan Ormas (Muhammadiyah dan NU) yang terus bersinergi. Selain itu, BSI juga mengembangkan ekosistem zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf (ZISWAF).
“Potensi ZISWAF di Indonesia untuk tahun 2021 diperkirakan sebesar Rp19,77 triliun. Baznas Republik Indonesia juga secara resmi menunjuk Unit Pengelola Zakat (UPZ) BSI sebagai salah satu mitra strategis dalam menghimpun, mengelola dan menyalurkan zakat kepada para penerima zakat,” kata Herry.
Strategi berikutnya, kata Herry, BSI mengembangkan ekosistem masjid dan pesantren bekerja sama dengan MES, Pertamina dan Pertashop. “Jumlah masjid dan mushola yang mencapai lebih dari 600 ribu serta pesantren yang lebih dari 26 ribu menjadi sangat potensial dalam menggerakan bisnis Bank Syariah sekaligus ekonomi umat,” katanya.
Kini, BSI melambung ke peringkat 7 pada daftar 10 bank terbesar di Indonesia dalam hal kepemilikan aset. BSI menghasilkan aset senilai Rp245,7 triliun dengan modal inti sebesar Rp20,4 triliun. BSI pun diproyeksikan dapat masuk ke dalam 10 besar bank syariah dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Herry menyampaikan bahwa BSI berkomitmen dalam kontribusi pengembangan industri halal melalui produk-produk yang mumpuni, untuk memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan prinsip syariah. Dalam hal ini, BSI juga meningkatkan modal, aset, kualitas sumber daya manusia, serta sistem teknologi.
“Hal ini diharapkan akan dapat meningkatkan penetrasi aset syariah sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat keuangan syariah global,” ucap Herry menutup pembicaraan.