SHARIA

Penerbitan Sukuk ESG Diproyeksikan Meningkat pada 2025

Penerbitan sukuk ESG global diprediksi mencapai US$50 miliar

Penerbitan Sukuk ESG Diproyeksikan Meningkat pada 2025Ilustrasi sukuk. Shutterstock/Nor Sham Soyod
05 February 2025
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Penerbitan Sukuk berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) diperkirakan terus bertumbuh tahun ini, seiring dengan perannya yang semakin vital sebagai instrumen pembiayaan utama dalam keuangan Islam.

Berdasarkan laporan Fitch Ratings, total penerbitan sukuk ESG secara global diprediksi mencapai US$50 miliar atau sekitar Rp 775 triliun pada 2025, meningkat dibandingkan US$45,2 miliar atau sekitar Rp701,6 triliun pada 2024.

Sepanjang tahun lalu, penerbitan sukuk ESG mengalami lonjakan sebesar 23 persen dibandingkan periode sebelumnya, melampaui pertumbuhan tahunan obligasi ESG yang tercatat sebesar 16 persen.

Sejumlah negara yang berperan besar dalam peningkatan ini antara lain Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Indonesia, Malaysia, serta beberapa negara berkembang lain yang tengah berupaya melakukan diversifikasi ekonomi, mencapai target net-zero, dan mendorong keberlanjutan.

Kendati demikian, kondisi likuiditas global yang semakin ketat serta penurunan tajam harga minyak berpotensi menjadi tantangan bagi negara-negara penghasil minyak dalam menerbitkan sukuk. Meski menghadapi hambatan tersebut, sukuk ESG diperkirakan tetap menjadi pilihan utama bagi pembiayaan yang berorientasi pada keberlanjutan, dengan prospek pertumbuhan yang tetap menjanjikan di pasar internasional.

Inovasi penerbitan sukuk 

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, turut menegaskan pentingnya pengembangan pasar keuangan syariah melalui inovasi produk seperti Sukuk Hijau atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Indonesia, sebagai salah satu penerbit sukuk terbesar di dunia, telah menginisiasi Sukuk Hijau yang diharapkan dapat memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan berbasis keberlanjutan.

“Sukuk Hijau ini dirancang untuk mendukung komitmen Indonesia dalam menangani perubahan iklim, termasuk di dalamnya risiko transisi menuju ekonomi berkelanjutan,” jelas Perry beberapa waktu lalu.

Menurut Laporan Pengembangan Keuangan Islam 2023, total nilai Sukuk Hijau dan ESG yang beredar pada 2022 mencapai 24,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp378,2 triliun.

Malaysia dan Arab Saudi masih mendominasi pasar Sukuk ESG, disusul oleh Indonesia dan UEA. Perry juga menambahkan bahwa penerbitan Sukuk Hijau tidak hanya berfungsi sebagai sarana penghimpunan dana dari masyarakat dan investor, tetapi juga sesuai dengan prinsip syariah Islam karena tidak mengandung unsur riba, gharar, atau maysir.

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.