Jakarta, FORTUNE - Setelah satu dekade hadir sebagai ekosistem crowdfunding digital di Indonesia, Kitabisa kini resmi memasuki industri asuransi dengan membawa nama PT Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa (Asuransi Kitabisa) dan membawa optimisme terhadap kinerja.
Optimisme itu sejalan dengan ekosistem Grup Kitabisa dan dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri Asuransi Syariah seperti melalui masterplan ekonomi syariah Indonesia. Tren pertumbuhan positif tercermin dari jumlah aset perusahaan yang naik 35 persen secara tahunan menjadi Rp151,9 miliar pada 2023.
CEO Asuransi Kitabisa Bryan Silfanus menjelaskan, praktik asuransi pada dasarnya adalah sekumpulan orang yang saling menjaga ketika ada musibah, yang sejalan dengan tolong-menolong yang selama ini Kitabisa fasilitasi di platform digital.
“Asuransi Kitabisa membawa pendekatan baru dalam industri asuransi dengan menekankan semangat tolong-menolong. Memberikan edukasi bahwa asuransi tidak hanya tentang risiko finansial, tetapi juga tentang membangun komunitas yang saling membantu dan berbagi beban bersama,” kata Bryan melalui keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Rabu (9/10).
Dana tabarru' Asuransi Kitabisa tumbuh 8% capai Rp13,8 miliar
Selain itu, jumlah akumulasi premi atau dana tabarru’ tumbuh 8 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp13,8 miliar. Seperti diketahui, dalam perjalanannya, Kitabisa sebagai platform yang telah menjadi jembatan kebaikan dan wadah tolong-menolong digital masyarakat Indonesia mengakuisisi PT Asuransi Jiwa Syariah Amanah Githa pada 2023.
Asuransi Jiwa Syariah Amanah Githa berubah nama menjadi PT Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa dan perusahaan telah mengantongi izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Dengan dukungan ekosistem Grup Kitabisa, Asuransi Kitabisa berkomitmen menyediakan lebih banyak pilihan perlindungan berbasis tolong-menolong. Peran Asuransi Kitabisa menjaga amanah anggota, dengan memastikan dana dikelola secara transparan,” ujarnya.
Potensi pasar asuransi syariah di RI masih besar
Ia yakin Asuransi Kitabisa hadir untuk menjawab tantangan dan menangkap peluang industri asuransi Indonesia yang membutuhkan berbagai strategi pendalaman pasar.
Berdasarkan data ASEAN Insurance Surveillance Report 2022 melaporkan pemanfaatan layanan asuransi di Indonesia masih berada di level 1,4 persen. Posisi itu berada di bawah Singapura dengan 12,5 persen, Malaysia dengan 3,8 persen dan Thailand dengan 4,6 persen.
Sejalan dengan pemanfaatan layanan asuransi yang masih rendah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat densitas asuransi di Indonesia berada di level Rp1.882.640 pada akhir 2022. Otoritas menargetkan densitas asuransi mampu menembus Rp2.400.000 pada 2027.
Seperti diketahui, Indonesia selaku negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia menyimpan potensi besar untuk pengembangan keuangan syariah. Produk asuransi syariah juga terus mengalami pertumbuhan sejak peluncurannya.
OJK melaporkan aset asuransi jiwa syariah berkontribusi sebesar 5,6 persen terhadap total asuransi jiwa secara umum pada 2022. Sedangkan, asuransi umum syariah memiliki pangsa pasar sebesar 3,7 persen. Lebih lanjut, OJK melaporkan porsi kontribusi dari penjualan asuransi jiwa syariah mencapai 11,8 persen. Posisi itu naik signifikan dari 5,8 persen 5 tahun sebelumnya.
Potensi besar keuangan syariah di Indonesia mendorong Asuransi Kitabisa untuk ikut berkontribusi dan berinovasi dalam menyediakan layanan yang sesuai dengan prinsip syariah. Meski demikian Asuransi Kitabisa tidak hanya fokus pada pertumbuhan tetapi juga pada tata kelola yang Baik, transparan dan nilai-nilai syariah.