Jakarta, FORTUNE – LinkedIn mengumumkan fitur baru yang dilengkapi Teknologi AI (Artificial Intelligence), Hiring Assistant dan program pelatihan LinkedIn Learning. Fitur terbaru ini dilakukan untuk mendukung tim Human Resources (HR) dan Talent bisa lebih fokus pada tugas yang strategis serta people-centric.
Indonesia Country Lead LinkedIn, Rohit Kalsy, mengatakan bahwa teknologi AI sudah jadi bagian dari produktivitas kerja sehari-hari. Namun, para pemimpin bisnis masih mengandalkan tim HR untuk mengoptimalkan potensi besar dari teknologi AI.
“Untuk memberikan wawasan dan dukungan yang dibutuhkan perusahaan, para profesional perlu dibekali dengan alat bantu dan sumber daya yang tepat,” ujarnya dalam keterangan, Kamis (31/10).
Data LinkedIn menunjukkan, 6 dari 10 profesional HR di Asia Pasifik mengataka ekspektasi perusahaan terhadap tim HR semakin tinggi. Namun, upaya mengikuti pasar tenaga kerja yang terus berubah cepat menjadi tantangan tersendiri bagi para profesional HR, di mana 27 persennya mengungkapkan bahwa mereka menghabiskan hingga seperempat minggu untuk mencari informasi dan wawasan yang tepat.
Fitur Hiring Assistant, sebagai agen AI pertama di LinkedIn, bisa dimanfaatkan untuk mencari kandidat dan meninjau pelamar, yang sebelumnya menghabiskan waktu cukup banyak.
Sementara, para profesional HR bisa lebih fokus pada pekerjaan yang lebih krusial, seperti memberikan saran kepada manajer perekrutan, terhubung dengan kandidat, dan menciptakan pengalaman perekrutan yang luar biasa. Fitur ini akan tersedia untuk pengguna LinkedIn di Indonesia dalam beberapa bulan ke depan.
Fitur LinkedIn Learning kini juga dilengkapi dengan teknologi AI, yang akan membantu para profesional mempraktikkan interpersonal skills secara interaktif dengan menggunakan suara atau teks. Selain itu, Profesional bisa berlatih memberi review performa kerja, mendiskusikan work-life balance, dan menyampaikan feedback.
Menurutnya, kursus LinkedIn Learning yang paling populer di Indonesia saat ini berfokus pada soft skills, seperti ‘Problem-Solving Techniques’, ‘Building Trust’, dan ‘The Three Pillars of Effective Communication’.
“Mengadopsi AI bukan hanya untuk tetap kompetitif, tetapi juga membuka jalan untuk pertumbuhan dan inovasi, serta membina tim yang gesit dan berdaya,” katanya.
Dunia kerja makin dekat dengan teknologi AI
Studi LinkedIn terhadap lebih dari 5.000 pemimpin bisnis di dunia mendapati bahwa 8 dari 10 eksekutif di Asia Pasifik melihat laju perubahan di tempat kerja semakin cepat seiring meningkatnya permintaan akan sejumlah peran, skills, dan teknologi baru.
Sebanyak 10 persen profesional yang direkrut di tahun 2024 menduduki jabatan-jabatan yang tidak ada di tahun 2000, seperti Sustainability Manager, AI Engineer, Data Scientist, Social Media Manager, dan Customer Success Manager.
Dengan demikian, bisa disimpulkan eknologi AI membawa transformasi luar biasa di dunia kerja. “Hampir dua pertiga (67 persen) profesional di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, merasa kewalahan dengan cepatnya perubahan pekerjaan mereka. Lebih dari setengah responden mengatakan bahwa kemampuan menggunakan alat bantu AI dengan nyaman menentukan perkembangan karier mereka,” katanya.
Khusus untuk Indonesia, perusahaan mengambil pendekatan proaktif dengan fokus yang jelas untuk mengadopsi teknologi AI pada 2025. “Mereka juga berinvestasi untuk upskilling dan reskilling karyawan,” ujarnya.
Manfaat penggunaan AI lebih dari sekadar meningkatkan produktivitas. Profesional yang mahir menggunakan AI generatif memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar untuk mengembangkan soft skills, seperti ide-ide kreatif, pemikiran desain, dan kecerdasan emosional, yang jadi kualitas kunci dalam mendorong kesuksesan di tempat kerja yang kompetitif saat ini.