Jakarta, FORTUNE – Belum lama ini beredar sebuah video, di mana seorang ayah memarahi anaknya setelah ketahuan bermain sebuah game di TikTok yang disebut Roleplay (RP). Apa itu game Roleplay?
Roleplay sudah lama populer di berbagai platform media sosial. Namun, unggahan video ayah yang memarahi anaknya karena bermain RP memunculkan kembali banyak pembahasan mengenai game ini.
Persoalan ini muncul karena game RP yang dimainkan di media sosial TikTok oleh seorang anak berumur 11 tahun memungkinkan dia bermain peran sebagai orang dewasa. Bahkan, memiliki keluarga dan sudah melahirkan anak. Yang cukup mengkhawatirkan, ia memainkan RP bersama orang tak dikenal yang baru ditemuinya di media sosial TikTok.
Mengutip berbagai sumber, berikut pembahasan mengenai game RP yang sedang viral di media sosial.
Pengertian
Berdasarkan asal katanya, kamus Oxford menerjemahkan Role-Play sebagai bermain peran. Jadi, hal ini merupakan sebuah kegiatan pembelajaran, di mana seseorang berperilaku seperti orang lain dalam situasi tertentu.
Menurut Jurnal Pendidikan Sosial IKIP-PGRI Pontianak, role play adalah sebuah teknik individu memerankan situasi yang imajinatif dan paralel dengan kehidupan nyata. Tujuannya, adalah untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan keterampilan, termasuk keterampilan problem solving, menganalisis perilaku, atau menunjukkan pada orang lain bagaimana seseorang harus berperilaku.
Dalam dunia game, RP merupakan sebuah permainan yang mewadahi para pengguna untuk berperan dengan karakter tertentu. TechTarget menuliskan bahwa RP biasa dimainkan dalam latar fiski ilmiah dalam beberapa permainan dengan genre Role Play Game (RPG), seperti Star Wars, Dungeons and Dragons (D&D), dan Battletech yang dapat mewujudkan interaksi pengguna dalam dunia imajiner.
Namun, ketika RP menjadi sebuah permainan yang bisa dimainkan di berbagai platform media sosial, maka konsep pembelajaran ini pun meluas dan berdampak dengan risiko cukup serius pada kehidupan masyarakat. Masalah yang timbul pun akan semakin kompleks.
Seorang roleplayer, sebutan bagi pemain RP, akan membuat profil karakter fiksi dan menggunakan penampilan artis atau tokoh publik yang diidolakan. Tokoh idola yang ditiru ini bisa siapa saja, mulai dari aktris, musisi, tokoh publik, selebriti Hollywood, bahkan karakter anime. Sekilas, hal ini mirip dengan akun parodi yang juga sempat populer, namun seorang roleplayer tidak hanya ingin meniru secara penampilan, namun juga berusaha membangun latar belakang cerita pada akun RP mereka.
Cara bermain
Sedangkan di TikTok, RP menjadi sebuah permainan yang memungkinkan pengguna untuk mengambil peran karakter fiksi, selebriti, atau bahkan tokoh sejarah dan mengungkapkan diri melalui video pendek. RP tak hanya tersedia di TikTok, juga media lain seperti Twitter, Facebook, Instagram, Telegram, atau LINE. Biasanya para roleplayer saling mengikuti dan berinteraksi tanpa mengenal identitas asli masing-masing.
Para roleplayer ini tak hanya mengembangkan karakter yang dimainkan dalam sebuah interaksi, namun juga jalinan relasi yang lebih jauh, seperti sahabat, keluarga, bahkan sampai pasangan hidup. Roleplayer juga bisa memainkan gender yang bukan gender sebenarnya, misalnya roleplayer lelaki memainkan karakter perempuan, atau sebaliknya.
Berikut adalah ringkasan cara bermain RP di TikTok:
- Membuat akun TikTok khusus untuk bermain game RP, bisa menggunakan nama asli atau samara, sesuai karakter yang ingin diperankan.
- Cari roleplayer lain yang memiliki minat dan karakter yang sama dengan kita dengan menggunakan hashtag #roleplay, #rp, #kontenplayer, atau lainnya.
- Buat konten-konten video yang mencerminkan karakter diperankan, bisa berisi dialog, tindakan, atau penampilan.
- Berinteraksi dengan roleplayer lain melalui komentar, pesan pribadi, atau video duet.
- Harus bisa menjaga etika dan batasan dalam bermain game RP di TikTok, dengan menghormati roleplayer lain dan tidak melakukan hal-hal melanggar norma dan hukum.
Dampak positif dan negatif
Walaupun memiliki dampak positif, seperti berkreasi dengan cara positif, bersosialisasi dengan komunitas yang punya hobi serupa, atau membangun jaringan yang mungkin berguna untuk ke depannya, di sisi lain banyak pula yang menyangsikan keberadaan game RP di media sosial.
Menurut penelitian Michelle Vanessa dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, RP dapat membawa dampak negatif ke dalam dunia nyata, seperti menjadi kasar serupa karakter yang diperankan di RP. Bahkan, dalam skala yang serius, RP bisa menyebabkan seseorang kehilangan jati diri karena lebih suka menjadi tokoh yang diperankannya.
Melansir laman resmi Prambors, ada beberapa dampak buruk lain yang mengancam seseorang saat memainkan Roleplay, seperti ancaman pelecehan dan eksploitasi; penyalahgunaan waktu dan kurangnya aktivitas fisik; gangguan mental; serta ketergantungan dan isolasi sosial.