Jakarta, FORTUNE – World Economic Forum (WEF) merilis sejumlah temuan mengenai perkembangan teknologi yang diperkirakan akan mengubah dunia, terutama dari sisi ekonomi dan masyarakat di 2023.
Managing Director WEF, Jeremy Jurgens, mengatakan bahwa laporan ini membantu para profesional lintas sektor dan industri untuk mengantisipasi teknologi secara eksponensial. “Menafsirkannya implikasi dan juara industri-membentuk dan aplikasi yang melayani masyarakat,” ujarnya dalam pembukaan laporan tersebut.
Laporan ini menggambarkan sejumlah teknologi teratas yang berkembang dan bisa berdampak positif hingga lima tahun ke depan. Hal ini disertai dengan prediksi risiko dan peluang.
Teknologi baru ini, menurutnya memiliki kekuatan untuk mendisrupsi industri, menumbuhkan ekonomi, meningkatkan taraf hidup dan melindungi planet ini – jika dirancang, diskalakan, dan dikerahkan secara bertanggung jawab.
“Laporan berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk para pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan untuk membuka kunci transformatif potensi teknologi dan bentuk yang muncul adopsi inklusif mereka,” katanya.
Melansir laporan tersebut, berikut ulasannya.
Baterai fleksibel
Mungkin Anda ingat beberapa smartphone yang bisa dilipat keluaran salah satu jenama ternama dunia dari Korea Selatan. Salah satu komponen yang mendukung terciptanya teknologi ini adalah baterai flesibel yang dalat dilipat, ditekuk, bahkan diregangkan.
Ternyata dalam beberapa tahun terakhir, teknologi ini permintaannya cukup pesat. Mulai dari jam tangan yang bisa digunakan untuk beragam aktivitas luar ruang, hingga aplikasi kesehatan yang bisa diintegrasikan ke dalam pakaian untuk memantau kesehatan, membutuhkan komponen ini sebagai bagian dari pembangkit energi peralatan tersebut.
Secara tahunan, pertumbuhan pasar baterai fleksibel ini diperkirakan bisa mencapai 22,79 persen dengan perkiraan nilai mencapai US$240 juta, dalam rentang waktu 2022-2027.
Kecerdasan buatan generatif
Teknologi ini banyak dibicarakan di berbagai sektor bisnis, termasuk di Indonesia. Apalagi, sejak platform ChatGPT mulai dikenal pada akhir 2022 dan mencuri perhatian para pengusaha di Tanah Air.
Menjadi kelanjutan dari pengembangan kecerdasan buatan, konsep generative memungkinkan teknologi ini berkembang dengan pola yang terinspirasi dari bagaimana otak manusia bekerja, menggunakan algoritma kompleks yang dikembangkan.
Saat ini, teknologi ini masih berfokus pada pembuatan teks, pemrograman komputer, gambar dan suara. Namun dalam beberapa waktu ke depan, dengan pengembangan pola pikir manusia yang teintegrasi dalam algoritma kompleks, teknologi tersebut mungkin untuk diterapkan pada berbagai tujuan, termasuk pengobatan, desain, arsitektur, dan teknik.
Meski begitu, pengembangan teknologi ini juga memiliki pro dan kontra, terkait dengan kemungkinan bias yang dihasilkan, terutama dalam pembuatan keputusan dan penyebaran informasi palsu.
Metaverse untuk kesehatan mental
Metaverse mungkin bukan sesuatu yang baru. Namun, ketika membawa teknologi ini selangkah lebih maju ke arah pemanfaatan bagi kesehatan mental–yang cukup populer di tengah gaya hidup generasi Milenial dan Gen-Z–teknologi ini bisa memberikan manfaat lebih besar bagi peradaban.
Teknologi metaverse bisa dikembangkan sebagai infrastruktur berbasis teknologi yang berpusat pada kesehatan mental dan akan mendukung semua aspek kesehatan mental, mulai dari pencegahan, diagnostik, terapi, pendidikan dan penelitian.
Metaverse bisa terhubung dengan neuroteknologi terapeutik, yang akan menstimulasi otak langsung untuk mengobati depresi. Memanfaatkan metaverse untuk kebutuhan perawatan kesehatan mental bisa menjadi sesuatu yang menguntungkan, tak hanya bagi pasien tetapi juga membawa teknologi ini ke tingkatan yang lebih praktis, yang dapat mendorong ruang virtual yang semakin maju dan bermanfaat.
Demikianlah beberapa contoh teknologi berkembang yang berpotensi menjadi primadona dalam industri.