AI Bikin Emisi Google Meningkat 50%

Google mengkalibrasi ulang tujuan iklim mereka.

AI Bikin Emisi Google Meningkat 50%
Ilustrasi Google (Unsplash/@pawel_czerwinski)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Google mengungkapkan dalam laporan lingkungan tahun 2024 bahwa emisi karbonnya melonjak hampir 50 persen dibandingkan tahun 2019. Artinya Google mengalami kemunduran dalam upaya untuk mencapai nol emisi di 2030. Lonjakan emisi ini akibat dari upaya mengejar optimalisasi kecerdasan buatan (AI).

Sejak 2007, Google mengklaim membeli pasokan energi bersih yang cukup untuk menutupi sebagian besar emisi yang dihasilkan melalui pusat data dan bangunannya. Namun, sejak 2023, Google tidak lagi "mempertahankan netralitas karbon operasional." Peningkatan emisi gas rumah kaca Google hampir mencapai 50 persen sejak 2019. Perusahaan mengaitkan lonjakan ini pada "peningkatan permintaan energi dari intensitas komputasi AI yang lebih besar," serta emisi yang terkait dengan investasi infrastruktur yang lebih luas yang diperlukan oleh AI.

CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, mengatakan bahwa Google akan menginvestasikan hampir US$100 miliar dalam AI selama beberapa tahun ke depan. Sejauh ini, hasil paling terlihat dari investasi tersebut adalah ikhtisar AI dalam pencarian dan Google Gemini, model bahasa besar yang dirancang untuk bersaing dengan ChatGPT dari OpenAI. Demikian dilansir dari Fortune.com, Kamis (11/7).

Namun, investasi tersebut membawa biaya lingkungan yang signifikan. Nathan Truitt, Wakil Presiden Eksekutif Pendanaan Iklim di American Forest Foundation, menyatakan bahwa pada tingkat individu, AI pasti akan menciptakan peningkatan emisi yang cepat bagi perusahaan yang sangat berinvestasi di dalamnya. Hal ini memaksa Google untuk mengkalibrasi ulang tujuan iklim mereka.

Net-Zero vs Netral Karbon

Fakta tersebut tidak berarti Google sepenuhnya meninggalkan upaya pengurangan emisinya. Sebaliknya, perusahaan menetapkan tujuan baru, yakni mencapai emisi net-zero pada tahun 2030. Ada perbedaan kunci antara tujuan netral karbon dan tujuan emisi net-zero. Netral karbon mengacu pada mengimbangi emisi melalui aktivitas penghapusan karbon seperti menanam pohon atau membeli kredit karbon, tanpa harus mengurangi emisi pada sumbernya.

Truitt menggunakan metafora seseorang yang mencoba membakar kalori berlebih hanya melalui olahraga tanpa mengubah pola makannya. "Secara teori, itu baik-baik saja, tetapi dalam praktiknya, sangat tidak mungkin berhasil," katanya. Net-zero, di sisi lain, melibatkan pengurangan emisi sebanyak mungkin pada sumbernya (bagian "pola makan"), dan kemudian mengimbangi emisi yang tersisa melalui aktivitas penghapusan karbon (bagian "olahraga").

Truitt mencatat bahwa kombinasi ini jauh lebih efektif dan juga sangat ambisius. "Ini akan mengharuskan mereka untuk menyelesaikan berbagai tantangan teknis, logistik, ekonomi, dan finansial yang sangat rumit, semuanya sekaligus, dalam waktu yang sangat singkat," katanya. Dengan fokus pada pengimbangan emisi karbon dan pengurangan gas rumah kaca, Google berharap memiliki dampak lingkungan yang lebih pasti dan skalabel.

Tujuan emisi net-zero juga dapat membantu Google menghindari kritik terhadap klaim netralitas karbon. Para kritikus mempertanyakan apakah investasi murah—seperti membayar desa untuk melindungi hutan mereka atau menanam beberapa ribu pohon—dapat benar-benar mengimbangi emisi karbon.

Meskipun ada kritik, Truitt berpendapat bahwa organisasi atau kelompok advokasi tidak seharusnya terlalu keras terhadap perusahaan yang mengklaim netralitas karbon. Lebih sulit dan berisiko untuk mencoba melakukan sesuatu tentang lingkungan daripada tidak melakukan apa-apa; perusahaan yang mencoba melakukan sesuatu harus dihargai dan dapat membuat klaim tentang penggunaan kredit karbon untuk mengatasi emisi mereka.

Namun, Truitt berharap perusahaan berhenti melihat kebijakan iklim sebagai transaksi dan mengambil peran kepemimpinan yang lebih besar. "Jika sebuah perusahaan melakukan segala sesuatu dengan benar dalam hal kebijakan akuntansi karbon spesifiknya, tetapi tidak menggunakan platform itu untuk mencari cara menjadi bagian dari solusi reformasi sistemik, kebijakan iklim mereka harus dinilai sebagai kegagalan," katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024