Jakarta, FORTUNE - Platform pertukaran kripto Indonesia, Indodax, diduga mengalami peretasan, menurut informasi yang dibagikan oleh pakar keamanan siber Teguh Aprianto pada platdorm X miliknya, @secgron.
Teguh membagikan sebuah tangkapan layar yang mengindikasikan peretasan pada sistem Indodax.
"Indodax, salah satu platform pertukaran kripto di Indonesia, diduga mengalami kebocoran dengan kerugian transaksi ilegal mencapai lebih dari US$21,8 juta atau sekitar Rp335 miliar," demikian pernyataan Teguh itu.
Dalam cuitannya, Teguh juga menyebut bahwa insiden keamanan tersebut telah dikonfirmasi oleh Chief Technology Officer (CTO) Indodax.
"Hingga saat ini, Indodax masih dalam status pemeliharaan (maintenance)," ujarnya.
Tanggapan bos Indodax
CEO Indodax, Oscar Darmawan, merespons kabar tersebut dengan menegaskan bahwa saldo pengguna tetap aman, baik dalam bentuk kripto maupun rupiah.
"Saldo member di Indodax 100 persen aman, tidak ada kerugian bagi nasabah. Kami hanya melakukan pengecekan menyeluruh terhadap sistem agar memastikan tidak ada masalah," kata dia dalam keterangannya, Rabu (11/9).
Meski demikian, Oscar menyatakan bahwa perusahaan tengah melakukan pemeliharaan untuk memastikan keamanan sistem.
Dia menambahkan bahwa investigasi masih berlangsung tanpa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai durasi pemeliharaan.
"Kami akan memberikan update lebih lanjut setelah investigasi selesai," katanya.
Pada laman resmi Indodax, halaman depannya hanya memampangkan informasi bahwa layanannya sedang dalam pembaruan sistem untuk meningkatkan kenyamanan transaksi.
Dengan demikian, para pengguna platform Indodax tidak bisa mengakses transaksi kripto untuk sementara.
Meski begitu, perusahaan memastikan saldo pengguna tetap aman 100 persen, baik yang berbentuk kripto maupun rupiah.
Berdasarkan catatan dari Badan Pengawas Berjangka Komoditi (Bappebti) menunjukkan bahwa transaksi kripto di Indonesia sempat mencapai angka Rp850 triliun pada 2021, meskipun mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya. Namun, tahun ini, nilai transaksi kembali meningkat, mencapai lebih dari Rp344 triliun dengan jumlah pengguna mencapai sekitar 20,6 juta orang.