Masih Berlanjut, Induk TikTok PHK Ratusan Pekerja di Malaysia

Keputusan ini disebut sebagai upaya keberlanjutan ByteDance.

Masih Berlanjut, Induk TikTok PHK Ratusan Pekerja di Malaysia
Ilustrasi aplikasi TikTok (Unsplash/@solenfeyissa)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Perusahaan akan investasi US$2 miliar untuk meningkatkan moderasi konten
  • Bytedance memiliki 110.000 karyawan di 200 kota global, menggunakan AI untuk moderasi konten

Jakarta, FORTUNE - Induk usaha TikTok, yakni ByteDance, menyatakan telah melakukan pemecatan atau PHK terhadap ratusan karyawannya di Malaysia.

Paman freemalaysiatoday melansir, Jumat (11/10), bahwa perusahaan tidak dapat memberikan angka pasti mengenai pekerja yang terdampak PHK. Sebab, proses ketenagakerjaan lokal Malaysia juga terkait dengan ekosistem perseroan di seluruh dunia.

Namun, TikTok juga memperkirakan ratusan karyawannya akan terkena dampaknya di seluruh dunia.

Juru bicara TikTok mengatakan bahwa keputusan tersebut sejalan dengan upaya berkelanjutan perusahaan untuk meningkatkan kemampuan moderasi kontennya.

“Kami berencana untuk menginvestasikan US$2 miliar secara global dalam hal kepercayaan dan keamanan pada 2024, dan terus meningkatkan efektivitas upaya kami, dengan 80 persen konten yang melanggar kini dihapus oleh teknologi otomatisasi,” ujarnya.

Berdasarkan laman resmi perusahaan, Bytedance memiliki lebih dari 110.000 karyawan pada lebih dari 200 kota secara global.

Selain memanfaatkan manusia, TikTok menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk menyeleksi video yang melanggar kebijakan pada platformnya. AI ini dilatih oleh moderator konten manusia guna meningkatkan akurasi.

Tren pemangkasan karyawan TikTok

Laporan sebelumnya menyebutkan bahwa setidaknya ada 500 orang menerima email penghentian, dan sebagian besar bekerja dalam posisi moderasi konten.

Reuters melansir bahwa PHK ini juga terjadi ketika perusahaan-perusahaan teknologi global menghadapi tekanan peraturan yang lebih besar di Malaysia. Di negara tersebut, pemerintah telah meminta operator media sosial untuk mengajukan izin operasional pada Januari sebagai bagian dari upaya memerangi pelanggaran dunia maya.

Malaysia melaporkan peningkatan tajam konten media sosial berbahaya pada awal tahun ini dan mendesak perusahaan-perusahaan, termasuk TikTok, untuk meningkatkan pemantauan pada platform mereka.

Pada Mei, CNN melaporkan TikTok berencana memangkas sebagian besar operasi global dan tenaga pemasarannya.

Penutupan global pada saat itu berdampak pada tim yang bertanggung jawab atas dukungan pengguna, komunikasi, konten, dan pemasaran.

Pada Juni lalu, Bloomberg melaporkan ByteDance memberhentikan 450 pekerja di Indonesia setelah akuisisi perusahaan e-commerce Tokopedia, yang diintegrasikan pada operasional TikTok.

Pada bulan yang sama, perusahaan Tiongkok tersebut mengumumkan rencana untuk menginvestasikan RM10 miliar di Malaysia untuk menjadikannya sebagai pusat kecerdasan buatan (AI) untuk kawasan regional.



 


 

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
TikTok Diblokir Mulai 19 Januari 2025, Pengguna AS Beralih
WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Openspace Himpun Dana US$165 Juta, Siap Perluas Investasi Startup
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers