TikTok PHK Karyawan Awal Tahun, Divisi Apa yang Terdampak?
PHK ini diindikasikan sebagai reorganisasi rutin.
Jakarta, FORTUNE - Perusahaan Teknologi, TikTok dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 60 pekerja pada awal tahun 2024. Adapun, beberapa karyawan yang berada di divisi penjualan dan periklanan terkana dampak.
Dikutip dari dari CNBC.com, seorang juru bicara perusahaan mengatakan semua orang yang diberhentikan “mungkin akan melamar di posisi internal apa pun yang terbuka, saat ini ada lebih dari 120 posisi serupa yang diposting.”
Pemutusan hubungan kerja pertama kali dilaporkan pada Senin malam oleh NPR. Divisi ByteDance mencirikan PHK sebagai bagian dari reorganisasi rutin yang memengaruhi staf penjualan dan periklanan yang bekerja di kantor Los Angeles, New York, dan Austin, Texas, serta pos terdepan global lainnya.
Pada 2023, TikTok mempekerjakan sekitar 7.000 karyawan di AS. Sementara, ByteDance memiliki lebih dari 150.000 karyawan global.
Pada November, ByteDance memangkas ratusan pekerjaan di divisi game perusahaannya, Nuverse. PHK tersebut menunjukkan bahwa ByteDance mengurangi upaya gamingnya, sebuah area di mana perusahaan bersaing dengan pesaingnya dari Tiongkok, Tencent dan NetEase.
“Kami secara teratur meninjau bisnis kami dan melakukan penyesuaian untuk fokus pada area pertumbuhan strategis jangka panjang,” kata juru bicara kepada CNBC pada saat itu. “Setelah peninjauan baru-baru ini, kami mengambil keputusan sulit untuk merestrukturisasi bisnis game kami.”
Tren PHK perusahaan teknologi
Perusahaan teknologi seperti Amazon, Alphabet, Unity, Discord dan Trend Micro telah memangkas stafnya pada Januari ini. Kebijakan itu melanjutkan tren dari tahun lalu, ketika industri ini mengalami penurunan dan memangkas biaya menyusul booming yang berkepanjangan.
Awal pekan ini, unit Tencent Riot Games mengatakan akan memangkas 11 persen tenaga kerjanya, mewakili sekitar 530 karyawan.
Dalam sebuah surat kepada karyawan yang diterbitkan sebagai postingan blog, CEO Riot Games Dylan Jadeja mengatakan pemutusan hubungan kerja diperlukan untuk menciptakan fokus dan menggerakkan kita menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.