Gross Merchandise Value (GMV): Pengertian & Cara Menghitung

GMV menunjukkan perkembangan bisnis startup e-commerce.

Gross Merchandise Value (GMV): Pengertian & Cara Menghitung
Ilustrasi : dagang elektronik (Dok.Shutterstock)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Nilai barang dagangan kotor (Gross Merchandise Value/GMV) merupakan istilah yang mesti dipahami dalam ranah industri digital. Indikator tersebut menunjukkan kinerja bisnis perusahaan rintisan termasuk E-commerce.

Dikutip dari Investopedia, GMV adalah nilai total barang dagangan yang terjual selama periode waktu tertentu melalui platform perdagangan yang berbasis customer-to-customer (C2C).

GMV ini menunjukkan pertumbuhan bisnis platform tersebut. Di saat sama, indikator itu juga memperlihatkan seberapa banyak situs tersebut digunakan untuk menjual barang dagangan orang lain.

Dalam konteks jual-beli daring, GMV biasanya dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan kesehatan bisnis platform tersebut, menurut laman ekrut.com.

Sedangkan, dalam bisnis ritel, GMV dapat memberi informasi mengenai pertumbuhan dari periode bulanan atau tahunan. Hal ini terutama menunjukkan hitungan nilai kotor dari semua penjualan yang diselesaikan dengan pengurangan dari barang retur.

Secara umum, GMV digunakan sebagai komparasi hasil penjualan suatu bisnis ritel berbasis situs web dari waktu ke waktu.

GMV sebagai tolok ukur investor

Ilustrasi E-commerce. Shutterstock/Robert Kneschke

GMV sama halnya sebuah metrik keuangan yang bisa dicatat dan ditinjau perkembangannya. Indikator ini menjadi tolok ukur pertumbuhan dan perkembangan perusahaan e-commerce dalam kinerja penjualannya.

Dalam konteks pendanaan dari investor, GMV ini adalah satu indikator yang dilihat untuk menilai perusahaan mampu berkembang,

Investor umumnya akan tertarik dengan perusahaan yang memiliki progres bisnis stabil. Meskipun tidak menjadi satu-satunya aspek yang dilihat, tetapi GMV dapat menjadi salah satu tolok ukur.

Penghitungan GMV dapat memberi tahu seberapa jauh perusahaan tumbuh, namun tidak benar-benar menunjukkan keuntungan dari hasil penjualan via situs web.

GMV dapat berpengaruh pada keputusan investor dalam memberi suntikan dana, khususnya kepada perusahaan rintisan (startup) di bidang e-commerce. Perkembangan GMV dalam rentang kuartal maupun tahunan bisa dilaporkan sebagai salah satu capaian.

Kelebihan dan kekurangan GMV

Ilustrasi berbelanja via e-commerce. Shutterstock/13_Phunkod

GMV sebagai indikator tentu saja menyimpan kelebihan dan kekurangan. GMV, misalnya, menonjol karena mengukur nilai kotor semua penjualan, dan memberikan wawasan tentang kinerja perusahaan.

Perhitungan tersebut umum berlaku di sebuah pasar perusahaan customer-to-customer (C2C). Dalam hal ini, perusahaan berfungsi sebagai pihak ketiga untuk menghubungkan pembeli dan penjual.

Meski demikian, GMV memiliki kelemahan, yaitu sifatnya yang sangat umum, serta tidak benar-benar menunjukkan profitabilitas perusahaan. Pasalnya, di sektor e-commerce, pendapatan ini juga diambil oleh penjual barang, dan bukan hanya perusahaan platform.

Berikut perincian kelebihan dan kekurangan GMV, dilansir dari Investopedia.

Kelebihan GMV

  • Memberikan wawasan tentang kinerja perusahaan
  • Menjadi aspek pembanding dengan kompetitor
  • Perhitungan sederhana dan cepat dilakukan

Kekurangan GMV

  • Hasil perhitungan bukan cerminan dari pendapatan perusahaans secara aktual
  • GMV tidak mempertimbangkan faktor lain

GMV hanya perhitungan kasar hasil penjualan, dan belum dikurangi biaya lain

Cara menghitung GMV

Ilustrasi belanja online. (Pixabay/Preis_King)

Setelah sejumlah pengertian di atas, maka berikut cara perhitungan GMV. Pada dasarnya, rumus GMV ini cukup sederhana dengan menghitung harga jual yang berlaku kemudian dikali dengan jumlah barnag yang terjual dalam periode tertentu.

Berikut rumus GMV dilansir dari laman Sirclo.

Rumus GMV = harga jual x jumlah barang yang terjual.

Sebagai misal, suatu platform menjual laptop dengan harga Rp5 juta. Lalu, katakanlah dalam 1 hari, ada 10 laptop yang dijual. Maka, perhitungannya sebagai berikut.

GMV = Harga jual x jumlah barang terjual

= Rp5.000.000 x 10

Gross Merchandise Value = Rp50.000.000

Maka, GMV platform tersebut untuk penjualan laptop sekian mencapai Rp50 juta.

Dengan mengetahui GMV, dapat diketahui seberapa banyak jumlah produk yang telah terjual dan berapa pendapatan yang masuk.

Namun, pada akhirnya, nilai barang dagangan kotor ini bukan merupakan perhitungan final dan detail. Sebab, GMV tidak dapat memberikan nilai yang sebenarnya dari produk yang dijual, serta belum mendapatkan angka atau jumlah keuntungannya.

Namun, GMV dapat memberikan informasi tentang kinerja perusahaan rintisan digital terutama dalam hal penjualan.

Magazine

SEE MORE>
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024

Most Popular

OJK Digeledah KPK, Juru Bicara Buka Suara
Daftar Saham Lo Kheng Hong, Sektor Keuangan hingga Energi!
Siapa Pemilik Sritex? Ini Profil dan Perusahaannya
Kinerja Smartfren Memburuk, Bosnya Ungkap Persaingan yang Makin Berat
Sritex Resmi Pailit Usai Kasasi Ditolak, Berutang Rp26 T
Sritex Siap Ajukan Peninjauan Kembali (PK), Belum Menyerah