Pasar Lesu, Penambang Kripto Core Scientific Ajukan Pailit

Saham Core Scientific turun tajam.

Pasar Lesu, Penambang Kripto Core Scientific Ajukan Pailit
Ilustrasi tambang kripto. Shutterstock/Mark Agnor
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kelesuan pada pasar aset kripto yang telah berlangsung sejak awal 2022 berujung pada limbungnya sejumlah perusahaan. Banyak perusahaan dengan fokus kripto gulung tikar, dan kini giliran Core Scientific, perusahaan penambangan aset kripto, yang dikabarkan mengajukan status kepailitan memburuknya kinerja keuangan

Laman newsbtc.com, Selasa (1/11), mewartakan perusahaan secara resmi melayangkan informasi kebangkrutan ke Komisi Keamanan dan Pertukaran Amerika Serikat. Dalam keterbukaan informasinya, Core Scientific menyatakan perusahaan berpotensi kehabisan dana sebelum tahun ini berakhir.

Perseroan mengaku tidak bisa membayar pinjaman yang jatuh tempo pada akhir Oktober dan November. Namun, Core Scientific telah bekerja sama dengan firma hukum demi membahas kemungkinan proses restrukturisasi atau pengajuan perlindungan kebangkrutan

“Seperti yang diungkapkan sebelumnya, kinerja operasi dan likuiditas perusahaan telah sangat dipengaruhi oleh penurunan harga Bitcoin yang berkepanjangan, peningkatan biaya listrik, peningkatan tingkat hash jaringan Bitcoin global, dan litigasi dengan Celsius Networks LLC dan afiliasinya,” demikian keterbukaan informasi Core Scientific, seperti dikutip dari Bitcoin.com.

Masalah penambangan

Sebuah bank penambang cryptocurrency beroperasi di Scrubgrass Plant di Kennerdale, Pennsylvania, AS. ANTARA FOTO/REUTERS/Alan Freed

Newsbtc.com memberitakan Core mesti menghadapi hal lain seperti pembengkakan pada tagihan listrik meyusul peningkatan tarif setrum. 

Perusahaan tersebut juga harus menghadapi kesulitan penambangan jaringan Bitcoin saat ini. Menurut warta Fortune.com, Selasa (11/10), tingkat kesulitan penambangan aset kripto tersebut melonjak 13,55 persen, dan dianggap yang terbesar sejak pertumbuhan 21,53 persen pada 2021.

Indikator tingkat kesulitan ini menunjukkan kompleksitas dalam upaya penambangan blok pada jaringan blockchain aset kripto tertentu, demikian Investopedia. Semakin tinggi kesulitan berarti semakin besar daya komputasi tambahan untuk memverifikasi transaksi yang dimaksudkan pada sebuah blockchain.

Urusan penambangan itu membuat total kepemilikan Bitcoin Core Scientic kian menipis. Berdasarkan keterbukaan informasi, Core masih menyimpan sekitar 1.501 Bitcoin pada September tahun lalu. Namun, kini hanya tersisa 24 Bitcoin.

Di tengah kabar penurunan kinerja, sahamnya pun turun tajam. Mengutip Google Finance, saham yang terdaftar di Nasdaq itu kini hanya dihargai US$0,20 per lembar, atau turun 98,08 persen dari US$10,43 pada awal tahun (year-to-date/ytd).

Core Scientific bukan satu-satunya perusahaan penambangan aset kripto yang mengajukan pailit. Compute North yang berkantor pusat di AS telah menyampaikan kebangkrutan pada September lantaran menanggung utang US$500 juta kepada setidaknya 200 kreditur.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OnlyFans Cetak Rekor Pendapatan, Capai US$6,6 Miliar di 2023
The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps, Sentimen Positif IHSG (19/9)
BREN Batal Masuk FTSE, Saham Prajogo Pangestu Kompak Merah
Transaksi Kripto Pulih, Ini Lokasi Peretas Indodax
Ini Strategi Atur Keuangan Hadapi Tekanan Ekonomi Agar Tak Turun Kelas
Program Prioritas Prabowo Rp121 Triliun Masuk APBN 2025