Urgensi Otentikasi Biometrik Untuk Antisipasi Penipuan Digital

Waspadai 4 penipuan digital yang masih marak.

Urgensi Otentikasi Biometrik Untuk Antisipasi Penipuan Digital
Ilustrasi data streaming. (Pixabay/Gerd Altmann)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Insiden Peretasan yang terus melonjak pada platform Digital, termasuk pada platform sektor Kripto. Kondisi ini memberikan peringatan bagi para pemilik aset digital untuk mengambil langkah pelindungan yang lebih kuat. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh pemilik aset ialah menerapkan Otentikasi saat ingin memasuki layanan digital.

Founder dan CEO VIDA, Niki Luhur,mengungkapkan bahwa langkah-langkah pelindungan tradisional kini sudah tidak lagi memadai untuk menghadapi kompleksitas ancaman digital.

"Dalam situasi serangan siber terhadap aset digital semakin canggih, langkah-langkah keamanan proaktif sangat diperlukan. Otentikasi biometrik menjadi solusi kunci untuk memastikan keamanan transaksi digital, terutama untuk melindungi dompet digital dari akses yang tidak sah," kata Niki melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta,Jumat (13/9).

Angka peretasan data semakin tinggi di dunia

ilustrasi malware (unsplash.com/Mohammad Rahmani)

Seperti diketahui, baru-baru ini platform Indodax menjadi korban peretasan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Bahkan, kerugian yang dialami Indodax mencapai Rp335 miliar. Analisa dari perusahaan keamanan siber, Surfshark telah mengungkapkan bahwa dalam 20 tahun terakhir sebanyak 60,9 miliar titik data (data point) telah terekspos atau mengalami kebocoran data di dunia.

Dengan semakin meningkatnya ancaman penipuan digital, solusi seperti VIDA Identity Stack menjadi semakin relevan dalam melindungi aset digital. Teknologi biometrik dan kecerdasan buatan AI memungkinkan deteksi penipuan secara real-time, memberikan perlindungan menyeluruh terhadap identitas digital pengguna.

“Solusi VIDA Identity Stack tidak hanya menciptakan kepercayaan dan kenyamanan bagi pengguna di ekosistem digital, tetapi juga menawarkan keamanan yang mampu mencegah 99,9 persen penipuan identitas berbasis deepfake dan AI di Indonesia,” kata Niki.

Waspadai 4 penipuan digital yang masih marak

Ilustrasi kebijakan perlindungan privasi data. Shutterstock/Rawpixel.com

Selain penipuan digital di sektor kripto, setidaknya masyarakat harus mewaspadai empat jenis penipuan lainnya yang yang juga masih meresahkan

Berikut penjelasannya:

  1. Penipuan yang Dihasilkan AI (AI-Generated Fraud):
    Ancaman seperti deepfake dan konten palsu yang dihasilkan kecerdasan buatan.
  2. Rekayasa Sosial (Social Engineering):
    Manipulasi psikologis yang dilakukan untuk mendapatkan akses ilegal ke akun pengguna.
  3. Pengambilalihan Akun (Account Takeover):
    Pencurian identitas untuk mendapatkan akses tidak sah ke akun digital.
  4. Pemalsuan Dokumen dan Tanda Tangan:
    Pemalsuan dokumen elektronik dan tanda tangan digital yang sering kali menjadi alat penipuan.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

MoU: Pengertian, Ciri, Tujuan, Jenis, Perbedaan, dan Contoh MoU
Daftar Perusahaan Terbaik di Dunia versi TIME: 5 dari Indonesia
Kisruh Kursi Kepemimpinan Kadin, Begini Kronologinya
Pemangkasan Bunga The Fed jadi Stimulus Ke Perbankan
BI Bakal Luncurkan Lembaga Central Counterparty (CCP), Apa Itu?
7 Saham IPO 2024 yang Mencatat Kinerja Tertinggi di BEI