Pegawai Amazon Pertanyakan Akurasi Survei Kepuasan Karyawan
Manajer bisa arahkan bawahan untuk menjawab positif.
Jakarta, FORTUNE – Pegawai Amazon kembali buka suara tentang sistem kepegawaian di perusahaan yang mengutamakan kepuasan pelanggan. Mereka pun mempertanyakan keakuratan data program Survei kepuasan harian terhadap 1,5 juta pegawainya di seluruh dunia, yang dinamakan Connections.
Dilansir dari Fortune.com, beberapa karyawan memberikan pernyataan secara anonim, dan mengungkapkan banyak pekerja tidak menjawab pertanyaan dalam survei Connections secara jujur. Ada kekhawatiran di jajaran karyawan tentang anonimitas mereka saat mengisi survei tersebut, meski Amazon–yang menempati urutan kedua Fortune Global 500 tahun 2024–menyatakannya terjamin.
“Pada tim kecil, karyawan khawatir bahwa manajer mereka dapat menyimpulkan siapa yang merespons dengan cara apa berdasarkan hubungan manajer dan karyawan secara keseluruhan,” tulis Fortune.com dalam pemberitaannya, Kamis (13/6).
Kepada Fortune, karyawan Amazon tersebut juga menuturkan bahwa para manajer bisa mengarahkan para bawahannya untuk memberikan jawaban yang ‘baik’, untuk mengamankan posisi mara manajer tersebut di perusahaan. “Daripada merenungkan mengapa skornya rendah,” kata seorang karyawan Amazon. “Dia sering menindas kami agar memberikan skor yang lebih baik.”
Beberapa karyawan mengatakan bahwa mereka tidak memberikan umpan balik yang jujur karena mereka takut manajer yang mereka sukai atau hormati, akan dihukum karena hasil survei yang ‘buruk’ dari karyawan yang memang di luar kendali manajer. Dengan demikian, sebagian karyawan pun menilai survei Connections belum akurat dan masih jauh dari lengkap.
Pentingnya Connections bagi Amazon
Pernyataan para karyawan ini, muncul setelah pihak Amazon mengungkapkan data survei yang menunjukkan bahwa program Connections merupakan itikad baik dari perusahaan.
Hal ini jadi menjadi perhatian, karena isu perlakuan tidak manusiawi Amazon pada karyawannya tengah merebak hingga seluruh dunia, termasuk mengenai kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi.
Juru bicara Amazon, Margaret Callahan, mengatakan bahwa hasil survei Connections dimaksudkan untuk mengidentifikasi area masalah dan mencari solusi menyelesaikannya. “Kami terus berupaya meningkatkan pengalaman karyawan kami, dan itulah sebabnya kami mengumpulkan masukan setiap hari melalui Connections,” ujarnya kepada Fortune.com.
Sedangkan terkait adanya praktik ‘pengarahan’ dari para manajer kepada bawahan soal jawaban positif di Connections, Callahan menyebutnya sebagai pelanggaran sebagai kebijakan perusahaan. Menurutnya, karyawan selalu dapat memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Connections jika mereka mau.
“Tanggapan mereka selalu dirahasiakan dan dikumpulkan, dan umpan balik yang diterima para pemimpin membantu mereka membangun organisasi yang lebih kuat. Kami mendengar dari sebagian besar tim kami bahwa ini adalah alat yang berguna,” kata Callahan.
Manajer, ujar Callahan, hanya bisa melihat hasil agregat jika sebuah tim memiliki setidaknya empat karyawan. Untuk tim yang lebih kecil, respons survei tidak dapat dilihat oleh manajer atau pemimpin lainnya.
Frekuensi harian survei Connections justru memungkinkan manajer untuk melihat tren melalui beberapa pertanyaan yang ditanyakan secara rutin dalam periode waktu tertentu. Dengan implementasi yang ideal, data memungkinkan para manajer untuk mengatasi masalah dengan lebih cepat dibandingkan jika perusahaan hanya mensurvei pekerja setiap bulan atau setiap tahun.