Perusahaan Induk Google Tembus Kapitalisasi Pasar US$2 Triliun
Dua kali lipat dari US$1 triliun pada Januari 2020.
Jakarta, FORTUNE – Kapitalisasi pasar perusahaan yang menaungi Google, Alphabet, menembus US$2 triliun pada Senin (8/11). Sebelumnya, nilai perusahaan ini US$1,98 triliun dan merangkak naik melampaui US$2 triliun pada pertengahan hari. Pencapaian kapitalisasi pasar ini naik sekitar dua kali lipat dari US$1 triliun pada Januari 2020.
Seperti dikutip The Verge, Senin (8/11), Alphabet menghasilkan US$65,1 miliar pada kuartal III–2021. Pendapatan kuartal ini melonjak 41 persen dari tahun sebelumnya dengan peningkatan keuntungan 69 persen. Selama pandemi, perusahaan seluruh dunia mulai beralih dari aktivitas kerja tatap muka menjadi lingkungan kerja berbasis cloud, dan Google meraup keuntungan dari langganan penyimpanan cloud serta iklan digital.
Dengan capaian barusan, Alphabet sebentar lagi akan bergabung dengan Apple dan Microsoft, dalam daftar perusahaan Amerika Serikat yang bernilai US$2 triliun. Apple mencapai sasaran pada April tahun lalu, sementara Microsoft Juni 2021.
Beberapa kenaikan yang dicapai Alphabet lewat sejumlah lini bisnisnya
Semua lini bisnis Google mengalami kenaikan pada kuartal III–2021. Misalnya, mesin pencari Google meraup pendapatan hingga US$37,9 miliar. Padahal, kuartal sebelumnya US$35,8 miliar. Namun, bila dibandingkan dengan pendapatan kuartal III–2020, kenaikannya US$11 miliar.
Kemudian, pendapatan iklan YouTube naik dari US$7 miliar pada kuartal II menjadi US$7,2 miliar pada kuartal ketiga, yang merupakan rekor. Lalu, pendapatan Google Cloud tumbuh US$1,5 miliar secara tahunan menjadi US$4,99 miliar dari US$3,44 miliar pada 2020.
Chief Business Officer Google, Philipp Schindler, menjelaskan bahwa sementara pembeli kembali ke toko fisik, perusahaan juga melihat pertumbuhan yang kuat dalam permintaan belanja lokal. CFO Alphabet, Ruth Porat, mengatakan pertumbuhan tersebut merupakan kombinasi dari belanja iklan dan minat konsumen yang berkelanjutan.
Alphabet jadi kekuatan dominan di dunia periklanan online
Melansir catatan Yahoo Finance (8/11), Alphabet menjadi kekuatan dominan dalam periklanan online. Hal ini didukung kemampuan pencarian online yang mumpuni dan standar ‘Googling’ untuk melakukan pencarian online sejak bertahun-tahun lalu.
Sejumlah pengamat menilai pertumbuhan Alphabet bukan saja didorong oleh mesin pencarinya. Akuisisi atas sistem operasi Android pada 2005 hanya dengan US$50 juta adalah langkah awal yang menentukan, bahkan sebelum peluncuran iPhone pertama pada 2007.
Menawarkan perangkat lunak sebagai sistem operasi open source (OS), Android memastikan diri menjadi sistem operasi seluler paling populer di dunia. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menyalurkan lebih banyak data pengguna ke dalam bisnis periklanannya, yang selanjutnya meningkatkan efisiensi periklanannya.
Selanjutnya, bisnis Alphabet pun terus bergulir maju. Setahun setelah mengambil Android, Google mengakuisisi YouTube seharga US$1,65 miliar. Kemudian, Alphabet juga telah terjun ke arena cloud publik, dengan Google Cloud Platform (GCP) yang menjadi saingan Amazon Web Services (AWS) dan layanan cloud Microsoft Azure.
Tuntutan antimonopoli bisnis yang harus dihadapi Alphabet
Baru-baru ini, Alphabet—dengan jenama Google—menghadapi tuntutan hukum antimonopoli di AS. Penyelidik federal dan negara bagian pun tengah menanganinya. Pengawas antimonopoli Uni Eropa, Komisi Eropa, juga membidik Alphabet, mendenda Alphabet miliaran dolar dengan jerat hukum yang sama, yakni antimonopoli.
Para penuntut menyarankan Google meningkatkan sistem pembelian iklannya sendiri di atas pesaing, yang melacak pengguna bahkan dalam mode penyamaran, mengumpulkan data lokasi bahkan setelah pengguna mematikan berbagi lokasi, mencoba membayar pembuat telepon dan pengembang aplikasi, serta banyak lagi. Namun demikian, tetap saja harga saham Aphabet terus meningkat dengan kapitalisasi pasar yang sangat besar.