Tantangan yang Harus Dihadapi Teknologi Kendaraan Otonom
Teleoperasi mungkinkan peran manusia dalam teknologi otonom.
Jakarta, FORTUNE – Tren kendaraan bertenaga baterai nampaknya akan meningkat di masa mendatang. Teknologi kendaraan otonom yang bergerak tanpa pengemudi pun mulai dilirik untuk menjadi bisnis baru. Apalagi, jaringan telekomunikasi 5G telah terbangun dan mendukung berbagai inovasi teknologi tinggi, seperti augmented reality maupun metaverse, termasuk kendaraan otonom.
Kehadiran kendaraan otonom dan otomatisasi dalamberbagai pekerjaan membuat segalanya seolah mudah. Persentase kekeliruan pada level operasional pun dapat ditekan. Ini baik bagi konsumen serta berpotensi meningkatkan pendapatan. Namun, bila semua kendaraan sudah berjalan secara otomatis, seberapa jauh manusia berperan dalam perkembangan teknologinya?
Melansir situs Venture Beat (25/11), Teleoperasi adalah teknologi yang memungkinkan manusia untuk memantau, membantu, dan mengemudikan kendaraan otonom dari jarak jauh. Meski bersandar pada mesin, peran manusiamasih dianggap penting.
Venture Beat menuliskan, ada 4 kategori utama yang masih menjadi tantangan terbesar dalam otonomisasi kendaraan, yakni persoalan penumpang, masalah-masalah darurat, pengiriman paket, dan area khusus yang didatangi.
1. Persoalan penumpang
Ketiadaan pengemudi saat berkendara akan berdampak bagi para penumpang. Selain perasaan canggung, penumpang bakal merasa kesepian, terutama saat bepergian sendiri. Selain itu, pada kasus kendaraan umum seperti taksi, penumpang dapat mengalami kebingungan dalam mengontrol berbagai fitur kendaraan, misalnya pendingin ruangan atau sistem hiburan.
Berikutnya, presisi tujuan pengantaran juga sangat penting bagi penumpang kendaraan otonom. Bahkan, sistem peta navigasi digital saja kadang kurang akurat dalam meletakkan titik tujuan. Hal demikian menjadi tantangan besar bagi penyedia teknologi kendaraan otonom.
Biasanya, pengemudi adalah pihak yang bereaksi ketika penumpang tak mengenakan sabuk pengamana atau tak sengaja meninggalkan barang, misalnya. Namun, dengan ketiadaan sopir, tanggung jawab itu pun pasti bergeser dan mungkin tidak dapat ditemui secara langsung.
2. Masalah-masalah darurat
Kendaraan otonom perlu lebih memberikan perhatian pada sejumlah masalah darurat dari sisi penumpang yang mungkin saja timbul pada saat berkendara. Misalnya, terkait tindakan kriminal yang terjadi di antara penumpang atau jika ada penumpang yang tiba-tiba mengalami sakit darurat.
Dalam situasi darurat di kendaraan konvensional, pengemudi biasanya berperan sangat penting dalam membuat keputusan dan solusi atas masalah yang terjadi. Bisa situasi mulai tidak terkendali, pengemudi akan jadi sosok yang paling mungkin meredakan situasi dan mengarahkan kendaraan menuju pihak berwenang seperti kantor polisi atau rumah sakit. Lalu, bagaimana bila situasi darurat ini terjadi di kendaraan otonom?
3. Pengiriman paket
Dalam hal pengiriman paket oleh seorang kurir, bila terjadi kesalahan alamat, biasanya mereka akan berupaya untuk tetap mencarinya. Bila terjadi kesalahan barang, mereka akan kembali dan menukarnya. Kemudian, bila paket rusak atau hilang, pelanggan bisa protes dan meminta pertangungjawaban sang kurir.
Masalah-masalah tadi masih jadi tantangan bagi sistem kendaraan otonom. Robot yang membawa kendaraan hanya akan berpindah ke tujuan berikutnya secara otomatis, sesuai dengan program yang sudah ditetapkan. Lagi-lagi, peran krusial manusia yang berhubungan dengan inisiatif, intuisi, dan kreatifitas masih belum dapat tergantikan.
Pengantaran atau pengiriman yang dilakukan sejumlah orang dalam satu alamat juga akan mengalami kesulitan. Sistem komputer yang berjalan sendiri masih belum bisa mengakomodir hal ini. Belum lagi bila terjadi masalah dalam sistem otomatisasi kendaraan, pengiriman jelas akan kacau dan hal ini akan menimbulkan masalah baru pada pihak konsumen yang tidak puas.
4. Area khusus yang didatangi
Beberapa tujuan mungkin menerapkan sejumlah protokol validasi, seperti catatan kendaraan, isi pengiriman, atau pemeriksaan kendaraan. Sistem otonom tidak merespon dengan baik perintah verbal, dan tidak dapat menjelaskan sejumlah informasi yang ditanyakan para petugas secara spontan.
Kelemahan sistem otonom ini juga akan bermasalah pada perintah spontan yang berubah-ubah. Pola komunikasi antara sistem otonom dan manusia memang masih menjadi masalah dalam situasi ini. Biasanya, pengemudi yang akan menjelaskan semuanya. Namun, jika tidak ada, hal ini tentu akan jadi masalah. Situasi lainnya, misalnya saat ditemukan masalah pada kendaraan saat pemerikasaan. Pihak pemeriksa tidak akan mendapat respons langsung layaknya berkomunikasi dengan pengemudi manusia.