AstraZeneca Rilis Hasil Uji Coba Tahap Akhir Obat Covid-19
Hasilnya dapat mengurangi keparahan Covid-19 hingga 50%.
Jakarta, FORTUNE - Pencegahan Covid-19 selain vaksin nampaknya semakin dekat menjadi kenyataan. Baru-baru ini AstraZeneca merilis hasil studi tahap akhir obat Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan. Obat tersebut merupakan campuran dua antibodi dengan nama AZD7442.
Hasil uji coba obat AstraZeneca juga menunjukkan mengurangi risiko Covid-19 parah atau kematian hingga 50 persen pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit yang memiliki gejala selama tujuh hari atau kurang. Pengurangan risiko bahkan lebih baik pada pasien yang memulai terapi hanya dalam lima hari dari gejala awalnya.
"Jika ini disetujui, itu akan digunakan dalam pengaturan pengobatan juga. Tetapi pembeda sebenarnya untuk antibodi ini adalah dalam pengaturan profilaksis atau pencegahan penyakit," kata Eksekutif AstraZeneca Mene Pangalos seperti dikutip Reuters, Selasa (12/10).
Solusi pengobatan selain vaksin
Mene Pangalos mengatakan bahwa hasil pengobatan akan meningkatakan potensi penggunaan obat di masa depan sebagai pencegahan non-vaksin. Obat ini dirancang untuk melindungi mereka yang tidak memiliki respon imun yang cukup kuat dari vaksin, terutama mereka yang telah menerima transplantasi organ atau yang sedang dalam perawatan kanker.
Terapi serupa yang disebut antibodi monoklonal tengah dikembangkan oleh Regeneron, Eli Lilly dan GlaxoSmithKline dengan mitra Vir. Terapi ini sudah disetujui untuk penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari otoritas obat dan makanan Amerika Serikat dalam mengobati Covid-19 ringan hingga sedang.
Terapi Regeneron menunjukkan perlindungan 72 persen terhadap infeksi bergejala pada minggu pertama, dan 93 persen setelahnya.
GSK-Vir menunjukkan penurunan 79 persen dalam risiko rawat inap atau kematian karena sebab apa pun, sementara terapi Eli Lilly menunjukkan penurunan viral load 70 persen pada hari ketujuh dibandingkan dengan plasebo.
Merck juga kembangkan obat oral
Selain itu, ada pula obat dari Merck & Co Inc yang digadang sebagai obat oral pertama untuk pasien Covid-19. Hal ini guna mengedepan kenyamanan penggunaan tablet anti-Covid-19. Dalam studi terakhirnya disebutkan dapat mengurangi risiko harus dirawat di rumah sakit atau meninggal hingga 50 persen bagi pasien stadium awal yang mengalami setidaknya satu faktor risiko.
Merck, yang bekerja sama dengan Ridgeback Biotherapeutics, mengajukan permohonan izin darurat ke otoritas obat dan makanan Amerika Serikat untuk obat oral pada Senin pekan lalu.
Sedang meminta EUA
Sementara AstraZeneca, meminta regulator untuk memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk AZD7442 sebagai upaya pencegahan, pada pekan lalu.
AstraZeneca mengatakan sedang mengirimkan data pengobatan baru pada AZD7442 ke regulator kesehatan global. Uji coba AstraZeneca berlangsung di 13 negara dan melibatkan lebih dari 900 peserta dewasa, 90 persen di antaranya menderita kondisi yang membuat mereka sangat rentan terhadap Covid-19, seperti kanker dan diabetes.
Setengahnya menerima AZD7442 dan sisanya plasebo. Hasil uji coba obat AstraZeneca lengkap akan diserahkan untuk dipublikasikan dalam peer-reviewed journal.
AZD7442 mengandung antibodi buatan laboratorium yang dirancang untuk bertahan di dalam tubuh selama berbulan-bulan untuk menahan virus jika terjadi infeksi.
Sebaliknya, vaksin bergantung pada sistem kekebalan yang utuh untuk mengembangkan antibodi yang ditargetkan dan sel penangkal infeksi.
Sementara hasil uji coba AstraZeneca Senin lalu, mencakup penggunaan AZD7442 pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, percobaan terpisah juga mempelajari penggunaannya sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.