Riset: Pasar NFT Booming, Penjualan Mencapai Lebih Dari Rp251 Triliun
NFT dianggap bukan pasar gelembung (bubble).
Jakarta, FORTUNE – Pasar token yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token/NFT) booming sepanjang tahun lalu. Menurut laporan terbaru dari NonFungible.com dan L’Atelier BNP Paribas, penjualan aset digital tersebut mencapai US$17,6 miliar atau lebih dari Rp251 triliun.
Dengan kata lain, angka tersebut melonjak bahkan mencapai 200 kali lipat. Sebab, penjualan tahun sebelumnya hanya US$82 juta.
Meski penjualan membubung, menurut Den Kelly, Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder Non-Fungible,com, pasar NFT tersebut bukanlah gelembung (bubble).
“2021 adalah tahun yang luar biasa. Bagi banyak orang, ledakan yang mengelilingi segmen collectibles dianggap sebagai 'gelembung," katanya, seperti dikutip dari euronews, Jumat (11/3). “Sebaliknya, kami percaya bahwa saat ini, setiap komunitas yang dibuat pada 2021 memiliki identitas digital.”
NFT merupakan aset atau token digital berbentuk kode yang disimpan di blockchain dalam bentuk kontrak pintar (smart contract). NFT adalah token yang merepresentasikan kepemilikan unik. Segala hal unik—dan tak bisa dipertukarkan—dapat ‘ditandai’ di dunia NFT, dari karya seni, barang koleksi, hingga properti. Benda-benda itu unik karena tidak dapat digantikan dengan apa pun. Para pemiliknya disebut kolektor NFT.
Pedagang NFT untung besar
Momen terobosan untuk aset digital tersebut datang usai Beeple, seniman digital, menjual karya seni NFT di rumah lelang Christie's seharga US$69 juta atau lebih dari Rp986 miliar pada Maret 2021. Sejak itu, token dalam koleksi NFT teratas, seperti CryptoPunks dan Bored Ape Yacht Club, telah terjual ratusan ribu dolar AS per biji, demikian Fortune.com.
Ledakan luas di pasar NFT tentu saja menjadi semacam durian runtuh bagi penjual individu. Pedagang NFT untung sampai $5,4 miliar atau lebih dari Rp77 triliun melalui pembelian dan penjualan NFT, kata laporan NonFungible.com.
Menurut laporan sama, dari sekitar 2 juta dompet aktif yang terlibat dalam pembelian NFT selama tahun lalu, 473 di antaranya menghasilkan keuntungan setidaknya $1 juta atau Rp14,3 miliar.
Barang koleksi dan gim adalah dua kategori yang memimpin lonjakan transaksi NFT tahun lalu. Kategori barang koleksi saja menghasilkan US$8,4 miliar atau lebih dari Rp120 triliun dalam penjualan.
Di antara NFT dalam kelompok barang koleksi adalah beberapa proyek paling populer, termasuk Bored Ape Yacht Club (BAYC) yang dimiliki oleh pesohor seperti selebriti Justin Bieber dan pembawa acara talk show Jimmy Fallon.
Menurut DappRadar, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (11/1), penjualan NFT pada periode sama hampir mencapai US$25 miliar atau lebih dari Rp350 triliun—lebih tinggi dari kalkulasi Non-Fungiblecom. Padahal, tahun sebelumnya hanya US$94,9 juta
Masa depan NFT
Masa depan NFT dinilai akan bergantung pada perkembangan teknologi lain. Ambil misal, Web3, generasi ketiga dari internet, yang merupakan ekosistem online yang memangkas perantara atau pihak ketiga di Internet. Itu termasuk teknologi seperti blockhain yang akan digunakan untuk pencatatan transaksi.
Metaverse—yang juga akan membentuk Web3—turut dipandang sebagai masa depan NFT.
Tahun lalu memang merupakan terobosan untuk NFT dalam hal volume dan nilai transaksi. Namun, penjualan mungkin tidak akan tumbuh besar pada 2022. Meski demikian, teknologi yang mendasarinya tetap dapat dimanfaatkan.
“Pada 2022, saya berharap bahwa sementara pasar NFT akan terus bergejolak, proyek-proyek yang lebih baik juga akan mulai matang secara teknologi, sosial, dan komersial,” kata Nadya Ivanova, COO & foresight lead di L'Atelier BNP Paribas.