Hilirisasi Digital Dorong Pertumbuhan Pasar AI Asia Tenggara
Perusahaan tradisional mulai mengadopsi Solusi digital.
Orlando, FORTUNE - Hilirisasi digital tengah menjadi fenomena di negara-negara berkembang, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Fenomena ini menggambarkan bagaimana perekonomian tradisional bertransisi menjadi ekonomi digital.
“Ada akselerasi yang terjadi saat pandemi Covid-19, saat perusahaan-perusahaan menyadari bahwa mereka memerlukan sistem digital yang benar-benar andal, bukan sebatas ada di atas kertas,” kata Verena Siow, President and Managing Director SAP Asia Tenggara di sela agenda tahunan SAP Sapphire di Orlando, Amerika Serikat, Kamis (4/6).
Hilirisasi digital dapat diamati dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan produksi, kreativitas, dan efisiensi di setiap sektor ekonomi. Fenomena muncul sebagai salah satu kekuatan utama di balik pembangunan dan ekspansi ekonomi di Asia Tenggara.
“Saat ini banyak perusahaan-perusahaan, bahkan konglomerasi yang memiliki nilai dan model bisnis tradisional mulai beralih mengadopsi sistem digital. Di Indonesia misalnya, ada Grup Sinar Mas ” ujarnya.
Potensi bisnis AI
Bagaimanapun, saat bicara pasar untuk solusi digital perusahaan, Verena memahami bahwa tak cukup dengan hanya mengandalkan korporasi besar. Sebab, perekonomian di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia juga didominasi oleh industri kecil dan menengah. “Kami banyak melayani Perusahaan besar, tapi lebih dari 80 persen mitra kami di Asia Tenggara itu Perusahaan skala kecil dan menengah,” kata Verena.
Ini juga berlaku untuk berbagai Solusi yang menggunakan teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI). Di SAP, teknologi kecerdasan buatan telah digunakan dalam berbagai solusi yang ditawarkan, dari sisi pengelolaan keuangan, rantai pasok, hingga sumber daya manusia di perusahaan.
Data dari Mondor Intelligence menunjukkan pasar kecerdasan buatan atau artificial intelligence di kawasan Asia Tenggara telah berkembang sangat pesat. Pasar AI tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 31,22% pada tahun 2023, dan diperkirakan CAGR ini akan melambung dari US$1,15 miliar menjadi US$3,39 miliar di tahun 2028 mendatang.
Angka tersebut berbanding lurus dengan analisa Verena di SAP. “Dengan berbagai perkembangan yang ada, kami berharap pertumbuhan double-triple digit di tahun-tahun mendatang,” katanya.
Dengan digitalisasi operasional perusahaan, perubahan ini memungkinkan industri-industri mapan seperti manufaktur, pertanian, dan jasa keuangan tumbuh lebih efektif dan menjangkau khalayak yang lebih luas. Begitu pula bisnis dan startup teknologi baru yang masih bermunculan dapat membawa inovasi dan membuka lapangan kerja baru.