58% Perusahaan RI Telah Digitalisasi Manajemen Rantai Pasok
Implementasi masih luas, baru 6% perusahaan RI gunakan AI.
Jakarta, FORTUNE - Berdasarkan riset Mekari pada April 2024, sebesar 58 persen perusahaan di Indonesia sudah menggunakan teknologi, seperti solusi supply chain management (SCM) berbasis awan atau Cloud, untuk mengotomatisasi proses dan kegiatan di rantai pasok. Pemanfaatan ini terbukti berdampak positif pada pendapatan perusahaan.
Seperti diketahui, manajemen rantai pasok atau SCM memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pasar dengan cepat dan tepat. Rantai pasok adalah sistem untuk mengkoordinasi semua bagian dan aktivitas, mulai dari sumber daya manusia (SDM) hingga logistik, untuk menghadirkan produk di pasar.
Chief Business Officer (CBO) Mekari, Jansen Jumino mengatakan bahwa manajemen rantai pasok yang tepat akan membantu perusahaan meningkatkan pendapatan dengan memungkinkan mereka untuk mengendalikan biaya operasional, meminimalisir efek dari ketidakstabilan pasar, dan memenuhi kebutuhan konsumen.
“Tren Digitalisasi rantai pasok di tingkat global semakin meluas karena teknologi terbukti memperkuat kemampuan perusahaan untuk mengontrol dan mengamati proses di setiap titik rantai pasok. Lebih spesifik, teknologi dalam bentuk solusi SCM berbasis cloud meningkatkan otomasi, efisiensi, dan visibilitas rantai pasok sehingga perusahaan bisa merespon dengan cepat fluktuasi permintaan pasar,” kata Jansen melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (14/6).
Untuk itu, manajemen rantai pasok yang baik menjadi kunci kesuksesan perusahaan mengingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan di mana bahan baku serta produk jadi harus dikirim lewat jalur darat, udara, dan air.
Implementasi masih luas, baru 6% perusahaan RI gunakan AI
Di sisi lain, hingga saat ini mayoritas perusahaan ada di tahap adopsi teknologi untuk mengotomatisasi proses utama di rantai pasok. Namun, hanya 6 persen perusahaan yang sudah maju ke tahap adopsi teknologi berikutnya, yaitu menggunakan artificial intelligence (AI) untuk mengelola rantai pasok.
“Namun, 43 persen dari mereka berencana untuk mengadopsi teknologi tersebut dalam 2 hingga 3 tahun kedepan. Ini berarti bahwa potensi transformasi digital, baik di tahap otomatisasi dan di tahap pengimplementasian AI, masih sangat luas,” katanya.
Jansen menambahkan bahwa tren digitalisasi manajemen rantai pasok akan terus bertumbuh karena transformasi digital telah menjadi bagian dari perencanaan strategi jangka panjang di berbagai perusahaan. Kehadiran teknologi mutakhir seperti AI akan membuka peluang baru bagi perusahaan untuk mendongkrak bisnis dengan teknologi.
"Perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mulai mempersiapkan diri untuk bisa menggunakan teknologi masa depan,” lanjutnya.
Bagi perusahaan yang masih konvensional, fokus transformasi digital harus dititikberatkan pada pengadopsian solusi digital yang akan mengotomatisasi proses-proses bisnis dasar. Bagi perusahaan yang sudah lebih maju karena telah memanfaatkan solusi digital, tugas berikutnya adalah memperdalam pemanfaatan solusi yang ada untuk mengotomatisasi pengelolaan data.
“Perjalanan menuju adopsi AI memang panjang dan bertahap, namun semua diawali oleh digitalisasi data dan proses untuk meningkatkan visibilitas. Setelah itu, otomatisasi terus dijalankan agar perusahaan dapat memanfaatkan AI di masa depan,” tutup Jansen.