Jakarta, FORTUNE – PT Pupuk Indonesia (Persero) mengungkapkan strategi produksi Amonia Bersih, untuk menghadapi transisi energi dan ketahanan pangan.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengatakan perusahaan melihat potensi peningkatan amonia biru dan hijau–yang dianggap sebagai pupuk ramah lingkungan–di masa depan.
“Amonia akan semakin banyak digunakan di sektor energi dalam dekade mendatang sebagai bahan bakar transisi, karena sifatnya yang bebas karbon. Kami melihat tren ini dan siap memasok amonia untuk sektor energi,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Senin (18/11).
Untuk itu, Pupuk Indonesia akan meningkatkan kapasitas amonia dari 7 juta menjadi lebih dari 12 juta ton pada 2045 yang didominasi amonia hijau pada seluruh fasilitas produksi di Pupuk Indonesia Grup.
“Pada tahun 2030, kami akan mulai memproduksi amonia hibrida di Aceh melalui anak perusahaan kami, Pupuk Iskandar Muda. Pada tahun 2035, kami berencana memperkenalkan amonia biru. Pada tahun 2045, kami akan memperkenalkan amonia biru dalam skala yang lebih besar,” kata Rahmad.
Dengan pengembangan amonia bersih ini, Indonesia akan memperkuat posisinya sebagai hub produksi amonia bersih dunia. Selain mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada 2060, amonia bersih yang dijadikan bahan dasar produksi pupuk juga akan menguatkan ketahanan pangan nasional Indonesia, termasuk di Asia Tenggara.
Dengan kapasitas produksi 14,5 juta ton pupuk, termasuk 9,3 juta ton urea, kini Pupuk Indonesia merupakan produsen pupuk terbesar di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara.
Inisiatif amonia hijau Pupuk Indonesia memperlihatkan bahwa transisi energi dan ketahanan pangan dapat berjalan beriringan. “Amonia bersih memungkinkan kami mendukung kemandirian energi dan dekarbonisasi sambil tetap menjaga upaya ketahanan pangan,” kata Rahmad.
Kolaborasi
Terkait pengurangan jejak karbon di dalam produksinya, Pupuk Indonesia mengeklaim perusahaan sudah mencapai pengurangan mendekati 30 persen dari BAU (Business-as-Usual), dan target pengurangan emisi ini akan dilanjutkan hingga 4,25 juta ton CO₂ pada 2030 dan 19,2 juta ton CO₂ pada 2060.
Menurut Rahmad, kolaborasi adalah kunci dari keberhasilan pencapaian target keberlanjutan bisnis yang bisa mendatangkan manfaat bagi perusahaan, Indonesia, bahkan masyarakat dunia.
“Pupuk Indonesia terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, baik dalam bidang energi terbarukan, teknologi elektrolisis, penyimpanan karbon, maupun logistik,” ujarnya.
Perusahaan siap bekerja sama dengan mitra dalam berbagai peran, baik sebagai pemasok energi terbarukan, penyedia teknologi, fasilitas CCS, logistik, maupun sebagai offtaker amonia bersih.