Jakarta, FORTUNE - Semakin banyaknya pengguna kendaraan listrik menambah urgensi untuk memperluas jaringan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Untuk memenuhi kebutuhan, charging station kini marak di perkantoran dan hotel. Lebih dar itu, kolaborasi bisnis dalam pengembangan SPKLU di Indonesia memiliki peluang.
Melansir Fortune.com, di Amerika Serikat stasiun pengisian daya kendaraan listrik (EV) mulai menjamur di ritel supermarket dan kedai kopi. Kolaborasi ini diproyeksikan menjadi "tempat ketiga" alias ruang sosial baru dan dapat menghidupkan kembali ruang publik sebagai tempat bersosialisasi di luar rumah dan tempat kerja.
Banyak yang telah menyayangkan hilangnya tempat ketiga—ruang untuk bertemu dan bersosialisasi—di era teknologi. Meski modernisasi teknologi EV maju pesat, sejumlah pihak merasa elemen manusia yang dulu menjadi bagian dari layanan publik makin tergeser oleh otomatisasi.
“Meskipun pekerjaan saya untuk mendorong elektrifikasi membuat saya mendukung kemajuan teknologi, perlombaan menuju otomatisasi memang telah mengurangi aspek manusia dari layanan yang dulunya lebih personal,” ujar Andrew Cornelia, Presiden dan CEO of Mercedes-Benz High-Power Charging.
Menurutnya, kelompok Generasi Z, yang paling terdampak krisis kesepian, kini mendesak perusahaan untuk serius mempertimbangkan hilangnya ruang publik ini. Mereka, sebagai konsumen yang kian berdaya beli tinggi, mendambakan ruang untuk berkumpul, di mana mereka dapat berinteraksi secara langsung dengan komunitas mereka.
Potensi kolaborasi SPKLU dengan ritel dan kedai kopi
Adanya peluang menghadirkan ruang sosial baru membuat sejumlah perusahaan EV mulai merancang stasiun pengisian menjadi lebih dari sekadar tempat untuk menunggu. Mereka kini menggandeng mitra seperti Starbucks dan Simon Property Group agar pengguna EV dapat menikmati waktu pengisian sambil bersosialisasi.
Jaringan lain seperti Rove juga bekerja sama dengan supermarket independen Gelson’s untuk menyediakan toko premium di lokasi pengisian daya, sementara Rivian membuka Jaringan Adventure di dekat taman nasional.
“Bagaimanapun, kapan terakhir kali Anda bertemu teman di pom bensin?” kata Andrew.
Menurut Andrew, pemilik kendaraan listrik dapat memanfaatkan waktu sembari mengisi daya. Sebagai gambaran, aktivitas berdiskusi dengan rekan bisnis, bersosialisasi, hingga virtual meeting di kedai kopi bisa dilakukan.
"Kita bisa memanfaatkan jeda 20 menit tersebut. Jika kita melakukannya dengan benar, kita dapat mengubah tindakan mengisi daya dari sekadar persinggahan menjadi sebuah tujuan," ujarnya.
Menurut data perusahaan, sebanyak 40 persen responden menyatakan bahwa pengalaman di stasiun pengisian daya EV memengaruhi keputusan mereka untuk kembali, sementara 58 persen pelanggan lebih memilih untuk menghabiskan waktu di restoran sambil bersosialisasi ketimbang menunggu di dalam mobil mereka.
CEO Starbucks, Brian Niccol, juga menyatakan dukungan atas konsep ini, dengan mengungkapkan rencana untuk mengembalikan Starbucks sebagai tempat bertemu di antara rumah dan tempat kerja, yang menawarkan rasa nyaman bagi pengunjung.
Industri EV dan perusahaan lainnya yang bergerak di sektor layanan kini memiliki kesempatan unik untuk menciptakan ruang sosial baru yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat mengisi daya kendaraan, tetapi juga sebagai tempat bersosialisasi yang menyatukan komunitas di seluruh Amerika.