Jakarta, FORTUNE - Dalam menghadapi perubahan cepat di lingkungan kerja modern, strategi HR semakin berfokus pada pendekatan yang mengutamakan kesejahteraan karyawan. Transformasi digital, kecerdasan buatan, serta perubahan dalam pola kerja, seperti model hybrid dan remote, telah mendorong para pemimpin HR untuk menyesuaikan kebijakan agar lebih fleksibel, inklusif, dan empatik.
Berbagai strategi dilakukan pemimpin SDM di perusahaan global. Melansir Fortune.com (22/10), para pemimpin dari Cisco Systems rutin berdiskusi dengan karyawan untuk memahami perasaan mereka terkait pekerjaan, perkembangan proyek, serta dukungan yang dibutuhkan.
“Pertanyaan yang sangat sederhana yang menuntun kami pada kenyataan bagaimana kondisi seseorang saat ini, terkait dengan pekerjaan yang harus kami lakukan,” kata Sam Oliver, VP bidang orang dan komunitas Cisco untuk wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Asia.
Oliver, bersama dengan pemimpin HR lainnya, berpartisipasi dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Fortune, UKG, dan Great Place to Work, mengenai bagaimana memprioritaskan manusia di tengah perubahan dunia kerja dan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI).
Strategi menggali potensi SDM
Siklus umpan balik yang konsisten menjadi pilar utama dalam pendekatan Cisco untuk menciptakan tempat kerja yang mendorong karyawan menjadi versi terbaik diri mereka. Cisco saat ini berada di peringkat kelima dalam daftar Fortune 100 Best Companies to Work For di Eropa, yang didasarkan pada survei rahasia lebih dari 1,3 juta responden.
Oliver menekankan pentingnya emosi dalam memengaruhi cara berpikir dan kinerja karyawan. “Jika kita ingin mendorong kinerja bisnis yang hebat, kita harus kembali pada bagaimana keadaan orang-orang,” ungkapnya.
Hal ini juga disepakati oleh Thomas Petit, VP HR untuk divisi terapeutik internasional AbbVie, yang berada di peringkat kedua dalam daftar tersebut. Menurutnya, membangun keamanan psikologis di tempat kerja membutuhkan usaha yang sengaja dilakukan.
“Anda tidak bisa bangun di pagi hari dan berkata, 'Kita akan meningkatkan keamanan psikologis.' Itu memerlukan usaha yang disengaja,” tambah Petit.
Model hybrid dan AI di tempat kerja
Diskusi tersebut juga menyoroti pergeseran dalam cara kerja. Banyak perusahaan kini mengadopsi model kerja hybrid, seperti yang dilakukan Cisco.
“Jika orang ingin berkumpul, berinovasi, atau bekerja, maka ruang ini ada untuk mereka,” ujar Oliver. Ia menambahkan bahwa kantor harus menjadi "magnet, bukan mandat."
AbbVie juga menerapkan kebijakan "tiga plus dua", di mana tiga hari di kantor dan dua hari bekerja dari rumah memberikan fleksibilitas kepada karyawan.
Selain itu, pemimpin HR juga membahas peran AI dalam perubahan dunia kerja. Menurut Tony Bond, EVP dan chief diversity and innovation officer di Great Place to Work, perusahaan terbaik menggunakan AI untuk meningkatkan pekerjaan, bukan menggantikan manusia.
“Pemimpin harus membantu manusia menjadi versi terbaik dari diri mereka,” katanya.
Di Cisco, pelatihan AI telah dilakukan di departemen HR untuk meningkatkan pemahaman dan kenyamanan karyawan. “AI hebat dalam memberikan informasi, tapi tidak hebat dalam kebijaksanaan. AI dapat membantu Anda memahami, tapi tidak baik dalam hal empati,” ujar Oliver.
Perusahaan-perusahaan seperti Stryker dan Teleperformance juga fokus pada penerapan AI dengan membangun kepercayaan dan memastikan teknologi tersebut dapat meningkatkan interaksi manusia, bukan menggantikan peran mereka.