Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) berada pada level 52,35 pada Januari 2024, meningkat 1,03 poin dari IKI Desember 2023 yang berada pada level 51,32.
Secara umum, sektor manufaktur nasional masih dalam fase ekspansi. Komponen variabel pesanan baru sebesar 52,17, variabel produksi sebesar 53,63, dan variabel persediaan produk 50,80 poin.
Namun, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 13 industri tekstil masih menjadi subsektor yang mengalami kontraksi.
"Khusus industri tekstil atau KBLI 13 ini memang masih terlihat dalam posisi kontraksi, tapi secara kumulatif sebenarnya dari bulan ke bulan meningkat. Memang masih level kontraksi,” Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Eko S.A. Cahyanto, menyatakan dalam rilis IKI Januari yang disiarkan secara virtual, Rabu (31/1).
Sektor makanan dan minuman paling ekspansi
Terdapat 17 subsektor mengalami ekspansi terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas pada triwulan III-2023, yakni sebesar 90,8 persen.
Di antara 17 subsektor yang mengalami ekspansi adalah industri karet, barang karet dan plastik, industri barang galian bukan logam, serta industri mesin dan perlengkapan.
Nilai ekspansi IKI terbesar terjadi pada subsektor industri minuman, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, serta industri makanan.
Subsektor industri minuman mengalami ekspansi tinggi, namun, kata Eko, juga mengalami penurunan nilai pada variabel produksi yang signifikan. Hal ini diduga karena industri mulai menahan laju produksinya dan menghabiskan stok akhir tahun.
“Meskipun demikian, pesanan baru terus tumbuh dan merupakan yang tertinggi di antara 22 sektor lainnya. Industri makanan dan minuman pada tahun 2024 diprediksi akan tumbuh sebesar 7 persen,” ujarnya.
Pemilu tahun ini tidak mendorong sektor tekstil
Pada kesempatan sama, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, mengatakan Pemilu 2024 tidak meningkatkan permintaan dan produksi sektor tekstil, khususnya dalam bentuk atribut seperti reklame dan kaos.
Hal ini diduga terjadi imbas peningkatan peran media elektronik dalam kampanye, sehingga berbagai aksi kampanye beralih menggunakan platform digital.
“Kita tadinya berharap pesta demokrasi yang ada mengangkat atau meng-upgrade dari nilai IKI terhadap permintaan maupun produksi, namun itu yang kami coba periksa. Kemungkinan besar, peran media elektronik dalam rangka kampanye cukup berpengaruh besar,” ujar Adie.