Jakarta, FORTUNE - Starbucks Corp. mengumumkan kepada karyawannya bahwa mereka dapat dipecat jika tidak masuk kantor tiga hari dalam seminggu.
Laman Fortune melansir, Selasa (29/10), bahwa berdasarkan memo yang dikirimkan oleh salah satu divisi Starbucks, perusahaan mulai Januari akan meminta pertanggungjawaban kepada pekerja jika mereka tidak mematuhi kebijakan Kembali Ke Kantor. Konsekuensi jika tidak menaati kebijakan ini adalah pemecatan.
Pesan tersebut menandai peningkatan penegakan aturan kerja hibrida perusahaan kurang dari dua bulan sejak Brian Niccol menjabat sebagai CEO. Pada bulan lalu, ia memberitahukan para karyawannya untuk dapat bekerja di mana pun, tapi menurutnya tempat itu biasanya adalah kantor.
Starbucks mengatakan ekspektasinya terhadap pekerja hibrida tidak berubah dan bahwa liburan, cuti sakit, dan perjalanan bisnis tidak termasuk dalam perhitungan. Pekerja dapat meminta pengecualian dari mandat tersebut karena gangguan fisik, mental, sensorik, atau disabilitas lainnya. Kebijakan tersebut berlaku untuk sekitar 3.500 karyawan perusahaan, yang sebagian besar pekerja di tokonya.
"Kami terus mendukung para pemimpin kami dalam meminta pertanggungjawaban tim mereka terhadap kebijakan kerja hibrida yang berlaku," demikian pernyataan perusahaan.
Tren bekerja dari kantor mulai ramai kembali
Bulan lalu, Kepala Eksekutif Amazon.com, Andy Jassy, telah mengejutkan karyawannya dengan memo berisi perintah masuk ke kantor selama lima hari dalam seminggu. Kebijakan ini berlaku mulai Januari. Amazon saat ini masih mengizinkan sebagian pekerjanya bekerja dari rumah dua hari dalam sepekan.
Pada awal tahun ini, Dell Technologies menyatakan para pekerja yang memilih untuk tetap bekerja dari jarak jauh tidak akan memenuhi syarat untuk promosi, dan bank-bank Wall Street juga telah memperingatkan bahwa bekerja dari rumah dapat membahayakan prospek karier karyawan.
Namun, kondisi kantor-kantor di kota-kota terbesar di AS tetap setengah kosong dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi, menurut firma keamanan Kastle Systems.
Pada saat yang sama, beberapa perusahaan menyadari bahwa mandat untuk kembali bekerja dapat berfungsi sebagai PHK terselubung. Dalam survei dari BambooHR, satu dari empat eksekutif mengakui mereka berharap akan ada pergantian sukarela setelah adanya dorongan kembali ke kantor.
Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa pekerja yang berhenti karena kebijakan tersebut sering kali adalah staf yang lebih berpengalaman dan dianggap penting oleh perusahaan.
Pada awal 2023 ketika Starbucks mencoba memberlakukan mandat kerja hibridanya, puluhan pekerja perusahaan menandatangani surat penolakan terbuka.