Bukalapak (BUKA) resmi menghentikan layanan E-commerce Produk Fisik mulai Februari 2025. Menurut keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BUKA menjelaskan langkah ini diperlukan untuk fokus pada lini bisnis yang telah dikembangkan dan yang memiliki pertumbuhan yang lebih besar.
“Lini bisnis produk fisik pada aplikasi dan situs web Bukalapak terus menunjukkan penurunan kontribusi pendapatan dan pertumbuhan selama tiga tahun terakhir yang diakibatkan oleh perubahan dinamika pasar dan tantangan industri. Di lain sisi, biaya operasional untuk lini bisnis tersebut terus menunjukkan peningkatan yang signifikan,” tulis manajemen Bukalapak, dikutip Jumat (17/1).
Adapun pada Minggu, 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan di Bukalapak.
Selain Bukalapak yang resmi tutup layanan lokapasarnya, ternyata ada sejumlah e-commerce lainnya yang telah lebih dulu tumbang di pasar Tanah Air. Berikut daftar e-commerce yang sudah tutup di Indonesia.
1. Multiply
Multiply didirikan pada 2003 di Florida, Amerika Serikat sebagai platform jejaring sosial untuk berbagi blog, foto, video, musik, dan berbagai konten lainnya. Melihat peluang yang lebih besar, Multiply kemudian mengalihkan fokusnya dengan mengubah situs tersebut menjadi platform e-commerce.
Pada 2010, perusahaan ini memindahkan kantornya ke Jakarta dan berganti nama menjadi PT Multiply Indonesia. Selain itu, mereka juga membuka cabang di Filipina pada 2012. Namun, pada 2013, Multiply mengakui bahwa proses peralihannya dari media sosial ke e-commerce tidak berjalan mulus, sehingga membuat perusahaan ini mengalami pailit.
2. Rakuten
Rakuten adalah perusahaan internet dan e-commerce yang berasal dari Jepang. Perusahaan ini mulai melakukan ekspansi ke Indonesia pada 2011 dengan meluncurkan Rakuten Belanja Online.
Rakuten diketahui memiliki modal awal Rp60 miliar dengan bekerja sama dengan mitra lokal, MNC Group.
Namun, pada 2016, Rakuten memutuskan untuk menghentikan operasionalnya di Indonesia karena model bisnis yang kurang cocok dengan pasar lokal. Selain itu, persaingan yang makin ketat dengan berbagai e-commerce domestik juga menjadi faktor utama dalam keputusan tersebut.
3. Qlapa
Startup Qlapa menutuskan tutup pada 2019 karena kalah bersaing dengan sejumlah perusahaan unicorn lokal yang terus berkembang di Indonesia, dalam hal ini Tokopedia dan Bukalapak. Pendiri Qlapa mengungkapkan bahwa model bisnis yang dijalankan pada saat itu tidak dapat bertahan dalam jangka panjang.
Qlapa sendiri merupakan platform e-commerce yang fokus pada jual beli kerajinan tangan khas Indonesia dan mulai beroperasi sejak 2015. Perusahaan ini pernah meraih penghargaan sebagai Aplikasi Mobile Unik Terbaik dari Google Play Awards.
"Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi memberdayakan perajin lokal. Banyak pasang surut yang kami alami dalam perjalanan yang luar biasa ini. Kami sangat berterima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media. Dukungan yang kami terima sangat luar biasa dan membesarkan hati," tulis manajemen Qlapa diakhir operasionalnya.
4. Elevenia
Siapa yang pernah belanja di Elevenia? Elevenia adalah platform belanja online yang didirikan pada 2014 oleh PT XL Planet, perusahaan joint venture antara PT XL Axiata Tbk dan SK Planet dari Korea Selatan.
Namun, setelah tiga tahun berjalan, XL Axiata dan SK Planet memutuskan untuk melepas saham mereka di perusahaan ini karena dinilai tidak memberikan keuntungan yang diharapkan. Seiring berjalannya waktu, Elevenia akhirnya tidak mampu bertahan dan resmi tutup pada awal Desember 2022.
5. Matahari Mall
MatahariMall.com didirikan pada 2015 dan kemudian berubah nama menjadi Matahari.com. Perubahan ini mengubah fokus bisnisnya, yang sebelumnya menjual produk dari pihak ketiga, menjadi hanya menjual produk dari Matahari sendiri.
MatahariMall.com merupakan anak perusahaan dari Lippo Group dan Matahari Departemen Store, dengan Lippo Group memegang 20% saham dalam platform tersebut.
6. JD.id
JD.id resmi menghentikan operasionalnya pada 31 Maret 2023, setelah beroperasi selama 8 tahun sejak diluncurkan pada November 2015. Platform e-commerce ini merupakan hasil kerja sama antara JD.com dan firma ekuitas asal Singapura, Provident Capital.
Sebelum menutup layanan, JD.id telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan menutup layanan logistiknya. Keputusan penutupan ini diambil karena JD.com ingin lebih fokus pada pengembangan jaringan rantai pasok antarnegara.
7. Blanja.com
E-commerce yang resmi tutup di Indonesia selanjutnya adalah Blanja.com. Perusahaan ini didirikan oleh Telkom yang bekerja sama dengan eBay, perusahaan iklan baris asal Amerika Serikat.
Blanja.com resmi ditutup pada 1 September 2020. Penutupan ini dilakukan seiring dengan perubahan strategi perusahaan. Blanja.com beroperasi selama delapan tahun. Blanja.com juga tercatat pernah melakukan pembaruan nama dari Plasa.com.
Demikian daftar e-commerce yang tercatat telah tutup di Tanah Air. Beberapa di antara lokapasar tersebut menutup operasional karena kalah bersaing dengan kompetitor lain.