Bauran Kontribusi Anak Perusahaan Merata, Kinerja Telkom pun Meningkat
IndiHome adalah salah satu anak usaha Telkom yang mencuat.
Jakarta, FORTUNE – Selama pandemi COVID-19 merebak di Indonesia, Telkom Indonesia justru membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih menggembirakan. Hasil baik di masa yang serba tak menentu ini pun tidak lepas dari tangan dingin sang Direktur Utama, Ririek Adriansyah.
Pada 2020, PT Telkom Indonesia Tbk, mencatatkan kinerja yang sangat baik. Perusahaan beroleh revenue Rp136,46 triliun dengan kenaikan 0,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersihnya naik 11,47 persen ketimbang 2019 menjadi Rp20,8 triliun. Telkom pun masuk lima besar peringkat Fortune Indonesia 100 pada September 2021.
Kemudian, pada tengah semester 2021, Telkom membukukan pendapatan dan laba bersih menjanjikan. Revenue per Juni 2021 mencapai Rp69,48 triliun, naik 3,92% dari Rp66,86 ketimbang periode sama tahun sebelumnya. Untuk laba bersih, emiten berkode TLKM itu meraih Rp12,45 triliun pada semester pertama 2021, atau naik 13,30 persen dibandingkan semester sama tahun sebelumnya.
Menurut Ririek, peningkatan kinerja yang ditorehkan Telkom karena bauran kontribusi anak-anak perusahaan yang sudah mulai merata. Padahal, pertumbuhan Telkom mulanya hanya didominasi Telkomsel. Kini, unit bisnis lain mulai tumbuh lebih cepat dan berkontribusi pada pertumbuhan induk usaha.
Mencuatnya IndiHome dalam pertumbuhan Telkom Group
Ririek mengatakan salah satu produk anak usaha Telkom yang mencuat adalah IndiHome. “IndiHome itu mungkin selama dua-tiga tahun terakhir menjadi driver pertumbuhan Telkom Group, ketika Telkomsel masih agak berat karena sebenarnya kurang sehat ya dengan diwarnai sejumlah isu, seperti perang harga dan sebagainya,” kata pria berlatar pendidikan teknik elektro tersebut.
Selama pandemi kebutuhan masyarakat akan teknologi dan layanan digital semakin meningkat. “Kontribusi dari sektor digital pun sudah lebih tinggi, jadi semakin besar,” kata Ririek. “Karena itu, digital ini kami anggap sebagai bisnis masa depan kami”.
Program Amoeba dan Indigo
Ririek menambahkan, salah satu upaya konkret dalam menyiapkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi era digital adalah program Amoeba dan Indigo. Melalui Amoeba, insan Telkom yang memiliki ide kreatif berpeluang menginkubasi dan mengembangkan idenya menjadi produk yang siap dipasarkan.
Terkait Indigo, kata Ririek, ini program akselerasi startup dari luar Telkom dengan menerapkan prinsip kreativitas berbisnis. Tujuannya meningkatkan daya saing serta kemandirian demi mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tidak semua lolos. Jadi, bagi yang sekian lama enggak menunjukkan perkembangan tertentu, kita hapuskan. Tapi, ini menjadi pesan untuk pasar, bahwa Telkom serius berinvestasi,” ujar Ririek.
Tiga pertimbangan ekspansi digital
Bagi Ririek, keseriusan pada ekspansi digital berdasar atas tiga alasan: potensi pemasukan baru bagi perusahaan, kesempatan pengembangan diferensiasi bisnis, dan valuasi perusahaan-perusahaan digital yang semakin mendominasi.
“Kalau kita enggak ngapa-ngapain, tetap aja ada risikonya. Kita akan tetap tergerus dengan digital. Pilihan lain adalah kita lebih agresif, tapi tetap berani ambil risiko dengan terukur,” ujar Ririek.
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang kisah Ririek Adriansyah, Anda dapat membacanya di Majalah Fortune Indonesia edisi November 2021. Selain Ririek, pada edisi tersebut, dapatkan juga kisah inspiratif para Businessperson of the Year 2021 lainnya.