Tren Wisata yang Diprediksi Akan Marak di 2022, Ini Daftarnya
Situasi pandemi Covid-19 diharapkan akan semakin membaik.
Jakarta, FORTUNE – Pandemi virus Covid-19 dan munculnya varian baru Omicron telah membatasi kegiatan masyarakat hingga tahun ini. Situasi tersebut juga mempengaruhi aktivitas perjalanan dan pariwisata.
Di sisi lain, kegiatan melepas penat tetap diperlukan, terlebih di tengah ancaman masalah kesehatan mental di era pandemi. Lantas seperti apa tren wisata pada 2022, dimana banyak pihak berharap situasi kesehatan masyarakat akan pulih dan terkendali?
Dikutip dari Fortune.com (28/12), berikut adalah beberapa kegiatan terkait pariwisata dan perjalanan yang diprediksi akan menjadi tren pada 2022.
Kembali ke alam
Pada awal masa pandemi 2020, ruang terbuka, udara bersih, dan sirkulasi aman, membuat masyarakat mulai menggemari aktivitas alam atau luar ruangan. Setelah vaksinasi meluas dan jumlah kasus menurun, pada 2021, kegiatan tengah kota di ruangan tertutup–seperti restoran, kafe, atau klab–mulai mulai meningkat lagi.
Sedangkan pada tahun depan, minat masyarakat terhadap kegiatan di alam terbuka kembali diminati. Temuan ini terungkap berdasarkan data layanan perjalanan, Kayak, pada akhir 2021.
Riset itu mencatat, kota-kota seperti New York, San Francisco, Boston, dan Atlanta, yang biasa masuk daftar tujuan paling populer Kayak, mulai digantikan oleh destinasi luar ruangan berupa pantai, seperti Cancun, Honolulu, dan Maui. Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, New York City tidak masuk 10 besar.
"Destinasi yang menawarkan penerbangan cepat, sedikit atau tanpa batasan, dan memberikan kombinasi yang baik antara aktivitas di dalam dan luar ruangan tampaknya menjadi preferensi di antara pelancong Amerika akhir-akhir ini," kata CEO Kayak, Steve Hafner kepada Fortune.com.
Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh perusahaan Contiki, wisatawan yang lebih muda sangat tertarik dengan liburan pantai pada tahun 2022. Hampir 70 persennya memilih pemandangan pantai daripada pegunungan. Sementara, Wyndham mengalami peningkatan hingga 69 persen untuk pemesanan perjalanan ke Hawaii.
Pemesanan di saat-saat terakhir
Masih berdasarkan data Kayak, pemesanan penerbangan memang menyusut sejak dua tahun lalu, terutama untuk perjalanan internasional. Namun, pencarian penerbangan dalam jangka waktu 7 hari sebelum kepergian justru meningkat hingga 50 persen. Hal ini menunjukkan adanya fleksibilitas dalam rencana perjalanan para pelancong.
"Permintaannya ada. Orang ingin bepergian lagi, mereka menjadi lebih fleksibel dan spontan dalam perencanaan," kata Hafner. "Kami melihat lebih banyak orang memesan di menit-menit terakhir, terutama untuk perjalanan internasional, karena ketidakpastian Covid-19, yang kemungkinan akan berlanjut hingga paruh pertama tahun 2022."
Bertukar rumah
Meskid kurang lazim, nyatanya fenomena bertukar rumah mulai viral di TikTok dengan tagar ‘#houseswap’. Platform global yang melayani pertukaran rumah, Love Home Swap pun mengalami peningkatan hampir 300 persen dalam pendaftaran anggota pada 2020.
Celia Pronto, Direktur Pelaksana Love Home Swap, mengatakan bahwa layanan ini hadir dengan manfaat tambahan, yang mencakup penggunaan mobil, mainan anak-anak, atau bahkan keanggotaan gym dan peralatan ski. “Ketika anggota kami mulai menukar rumah, mereka terkejut betapa banyak uang yang sebenarnya mereka hemat,” katanya.
Bekerja sambil liburan
Tren lain yang muncul di masa pandemi ialah bekerja di luar ruangan. Pandemi telah menghadirkan sebuah fenomena yang memadukan fleksibilitas kerja jarak jauh dengan perjalanan liburan.
Data Kayak menunjukkan, terdapat lebih dari 40 persen karyawan Gen Z berencana untuk bekerja sambil bepergian pada tahun 2022.
Hafner dari Kayak mengatakan bahwa gaya hidup Gen Z saat ini memang lebih fleksibel, sehingga lebih mudah untuk bepergian dalam waktu lama di lokasi berbeda. Ia menambahkan, saat pandemi mereda dan orang dapat bepergian dengan lebih bebas, diprediksikan akan semakin banyak orang yang melakukan perjalanan ekstra dengan fungsi ganda sebagai pekerjaan.
“Perusahaan yang mendukung memadukan bisnis dengan perjalanan liburan akan memiliki keunggulan kompetitif dengan bakat. Banyak orang menginginkan perubahan pemandangan, sekarang," kata Hafner.
Penumpukan perjalanan
Berbagai rencana yang tertunda selama pandemi, tiket pesawat yang lebih hemat, dan upaya memaksimalkan perjalanan ke luar negeri saat perbatasan mulai dibuka, menjadi alasan utama masyarakat dunia kembali menyusun rencana perjalanannya.
CEO Contiki, Adam Armstrong, mengatakan bahwa Gen Z dan milenial muda lebih sering melakukan perjalanan secara berurutan. “Mereka bepergian untuk jangka waktu yang lebih lama, beberapa menjelajahi dunia selama berbulan-bulan, melenturkan fasilitas kerja jarak jauh mereka, memanfaatkan kebebasan yang datang, dengan berada di antara pekerjaan, atau memanfaatkan jeda tahun antara kuliah serta kehidupan karier,” ucapnya.
Layanan mewah inklusif
Tren ini diproyeksi akan bertahan dalam jangka waktu lama. Biasanya, resort dengan layanan inklusif menyeluruh memiliki reputasi dalam memberikan kenyamanan dan ramah keluarga, tapi fasilitas pelengkapnya seringkali dirasa kurang.
Perjalanan selama pandemi telah mengubah segalanya. Berbagai indikator seperti jarak sosial, kebersihan pribadi, dan penggunaan layanan ‘cashless’ semakin diandalkan. Dengan demikian, faktor kebersihan dan kesehatan akan menjadi salah satu yang diutamakan dalam berbagai layanan perjalanan maupun pariwisata pada 2022 dan seterusnya.