Survei: 74% Konsumen Optimistis Pandemi Berakhir Pertengahan 2022
Perekonomian Indonesia dinilai akan memasuki masa pemulihan.
Jakarta, FORTUNE – Optimisme masyarakat terhadap prospek perekonomian cukup tinggi. Hal ini terungkap dari temuan survei, dimana 66,5% responden yakin kondisi keuangan pulih pada pertengahan tahun dan 74,8% responden optimistis pandemi berakhir berakhir di pertengahan 2022.
Survei ini dilakukan Inventure, Alvara, dan Ivosight pada Desember 2021 terhadap 770 responden di 10 kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, Palembang dan Balikpapan. Sedangkan menurut hasil digital monitoring Inventure-Ivosights menunjukkan sentimen negatif terkait Covid-19 menurun dari 18% menjadi 16%.
Dengan optimisme ini, artinya pada 2022 ini konsumen Indonesia sudah siap kembali beraktivitas seperti sebelum pandemi dan mulai berani melakukan spending termasuk untuk durable goods dan barang bernilai besar.
Sayangnya, pada Desember 2021 varian baru Covid-19 Omicron masuk ke Indonesia menandai gelombang ketiga Covid-19. Meski demikian, masuknya gelombang ketiga ini tidak membuat optimisme konsumen Indonesia menurun.
"Artinya publik tidak mengalami kekhawatiran yang berlebihan, karena sudah berpengalaman menghadapi varian Delta," kata Founding Chairman Indonesia Industry Outlook (IIO), Yuswohady, Rabu (9/2).
Perubahan industri di masa pademi
Yuswohady juga mengungkapkan, hasil survei mengindikasikan bahwa di tahun 2022 Indonesia akan memasuki masa-masa pemulihan.
Di sisi lain, pandemi juga telah menyebabkan sejumlah pergeseran perilaku konsumen dan strategi bisnis. Mulai dari munculnya bank digital di subsektor perbankan, telemedisin di kesehatan, bisnis konten media, tren kripto sebagai salah satu pilihan konsumen berinvestasi hingga dikenalnya teknologi Metaverse sebagai bagian dari perubahan yang terjadi di sektor industri.
Persepsi masyarakat tentang Omicron
Di tengah kasus penyebaran varian baru Omicron yang semakin meluas, ternyata publik berpendapat bahwa dampak Omicron tidak lebih menular atau lebih mematikan dibandingkan varian Delta.
Berdasarkan hasil riset Inventure-Alvara sebanyak 26,2% responden meyakini varian omicron lebih tidak menular dan lebih tidak mematikan. Alhasil,dengan adanya temuan ini responden merasa lebih siap hidup berdampingan dengan pandemi.
Kondisi ini semakin didukung dengan gencarnya program vaksinasi pemerintah membuat risiko kematian akibat Covid-19 makin rendah dan herd immunity lebih cepat terbentuk.
“Artinya, kita ini sudah pengalaman dua tahun, sehingga saat datangnya Omicron, jadi merasa lebih siap hidup berdampingan dengan pandemi dibandingkan periode lalu atau semasa Delta. Jadi, 70 persen responden menyatakan siap hidup berdampingan,” ujar Yuswohady.
Kendati demikian, saat ini konsumen lebih waspada terhadap segala perkembangan pandemi. Sayangnya, terdapat sedikit penurunan tingkat kepercayaan terhadap cara pemerintah menangani pandemi. “Ini kaitannya dengan bagimana kita hidup di era yang berdampingan dengan Omicron,” tutur Yuswohady.