BUSINESS

Ekonomi Digital RI Diramal Naik Pesat, Ini Tantangannya Kata Pengamat

Geografis, infrastruktur, dan regulasi jadi tantangan.

Ekonomi Digital RI Diramal Naik Pesat, Ini Tantangannya Kata PengamatIlustrasi ekonomi digital. (Pixabay/Geralt)
03 March 2022

Jakarta, FORTUNE – Indonesia diyakini memiliki potensi besar dalam ekonomi digital, kendati kontribusinya terhadap perekonomian belum signifikan. Pada 2020, sektor ini baru menyumbang 4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dna diperkirakan tumbuh signifikan hingga 10 persen pada 2025.  

Di sisi lain, ekonomi digital di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Direktur Program dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti Soeryaningrum, mengatakan  Indonesia memang berpotensi mengembangkan ekonomi digital, tapi perjalanannya masih panjang.

“Menurut McKinsey, Indonesia masih tertinggal dalam meraih potensi pasar digital dari sisi infrastruktur, konsumen, dan bisnis,” kata Esa, saat dihubungi Fortune Indonesia, Rabu (2/3).

Menurutnya, letak geografis juga jadi tantangan dalam perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Investasi infrastruktur digital pun masih terbatas, sehingga kesenjangan infrastruktur teknologi informasi dan penerapan teknologi baru masih jadi kendala.

Pada sisi regulasi, aturan yang ada belum banyak melingkupi perihal keamanan data, adopsi teknologi oleh UKM, hingga penelitian serta pengembangan.

“Tantangan besar dari digitalisasi manufaktur adalah pengembangan tenaga kerja. Lambatnya pertumbuhan angkatan kerja dengan produktivitas terbatas dan tingkat pertumbuhan manufaktur yang lebih rendah menahan perkembangan ekonomi digital di Indonesia,” katanya. “Pekerja dengan keterampilan rendah harus diberikan lebih banyak pelatihan.”

Konektivitas dan edukasi masyarakat

Senada dengan Esa, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengungkapkan dua hal penting yang harus dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi digital yakni konektivitas internet dan edukasi masyarakat.

“Infrastruktur digital untuk menunjang pertumbuhan ekonomi digital, kecepatan broadband, stabilitas jaringan internet, ini juga penting,” ujar Bhima kepada Fortune Indonesia, Rabu (2/3). “Edukasi dan sosialisasi harus dapat memastikan bahwa digitalisasi yang terjadi itu benar-benar bermanfaat, bukannya jadi scam, atau pinjaman dan investasi illegal.”

Bhima berharap agar digitalisasi tidak sekedar meningkat dalam waktu singkat, namun memiliki kualitas yang rendah. Oleh karena itu, kesiapan infrastruktur dan edukasi masyarakat sangat perlu untuk dijadikan acuan dalam setiap pembuatan kebijakan yang terkait ekonomi digital.

Prospek Ekonomi Digital

Bhima menilai, saat ini pemerintah Indonesia begitu percaya diri dengan prospek ekonomi digital yang diperkirakan mencapai US$146 miliar pada 2025, seiring dengan basis konsumen di dalam negeri yang mencapai sekitar 270 juta penduduk.

Demografi Indonesia yang banyak disumbang oleh kelas produktif yang memiliki tingkat konsumsi yang tinggi, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan ekosistem teknologi digital.

“Dari sisi adaptasi masyarakat, Indonesia sangat terbantu dengan adanya pandemi. Generasi X maupun Baby Boomers pun jadi banyak menggunakan koneksi internet. Mereka jadi banyak belajar dari generasi yang lebih junior. Jadi, ini efeknya cukup signifikan,” ujar Bhima.

Menurut Bhima, saat ini Indonesia sudah masuk dalam 5 besar negara di dunia dengan jumlah startup dengan kisaran sekitar 2200 bisnis digital di Indonesia. “Ini cukup menarik, berarti ekosistem digital di Indonesia mulai berkembang, karena jadi tuan rumah dari banyak sekali unicorn dan decacorn, bahkan banyak yang sudah ekspansi ke pasar ASEAN,” ujarnya.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.