Masuk Era Kendaraan Listrik, TMIIN Ungkap Tantangan Deindustrialisasi
Kesiapan SDM menjadi faktor utama.
Jakarta, FORTUNE – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mendukung sejumlah upaya agar transisi menuju penggunaan kendaraan listrik tidak menyebabkan deindustrialisasi di industri otomotif Tanah Air.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto, mengatakan, pada era mobil listrik, akan ada sejumlah komponen mobil konvensional yang tak lagi digunakan seperti mesin, knalpot, tangki bensin, dan lainnya. Sementara faktanya, ada lebih dari 300.000 karyawan Toyota Indonesia yang bergerak pada rantai pasok komponen kendaraan tersebut.
“Kami bersama-sama dengan bantuan pemerintah, akademisi, dan semua pihak, berupaya memastikan transisi ini berjalan mulus, dan seminimal mungkin berdampak negatif terhadap rantai suplai sehingga sektor otomotif tidak mengalami deindustrialisasi,” ujar Nandi, pada Seminar “100 Tahun Industri Otomotif Indonesia Mewujudkan Net Zero Emission, Rabu (28/7).
Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu faktor utama dalam masa transisi. Oleh sebab itu, perusahaan akan berupaya meningkatkan kompetensi SDM melalui berbagai sarana pembelajaran, seperti xEV Center di Karawang, yang mengedukasikan seputar teknologi mobil listrik dan elektrifikasi yang ramah lingkungan kepada publik. “Kami ingin transisi itu berjalan mulus,” ucapnya.
Toyota bersama para teknisi dari Indonesia juga tengah mengembangkan konsep Kijang Innova versi BEV (Battery Electric Vehicle). Hal ini dilakukan untuk bisa mempelajari teknologi dan kondisi dalam penggunaan yang lebih nyata bagi masyarakat Indonesia.
Upaya pencapaian NZE
TMMIN mendukung berbagai upaya pencapaian Net Zero Emission (NZE), seperti penerapan teknologi rendah emisi di proses manufaktur, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), dan implementasi green logistic yang sejalan dengan Toyota Environmental Challenge 2050.
“Kami juga meyakini pendekatan multi-pathway, tidak hanya dalam sektor otomotif, namun juga sektor lainnya, seperti energi dan industri akan memeberikan dampak yang maksimal, karena pendekatan ini membuka kesempatan bagi semua kalangan untuk dapat berkontribusi dalam pencapaian target NZE,” kata Nandi.
Kerjasama multi pihak
External Corporate Affairs Director TMMIN, Bob Azam, menambahkan mewujudkan ekosistem hijau serta target NZE diperlukan kerja sama antar pihak seperti kerja sama triple helix, antara pemerintah, akademisi, dan industri.
Toyota Indonesia mendukung upaya kerja sama tersebut dengan mengembangkan mobilitas yang ramah lingkungan, yang akan membantu pengembangan destinasi wisata hijau dengan solusi teknologi mobil listrik. “Jadi, menawarkan konsep mobilitas baru, sehingga semua lapisan masyarakat dapat berkontribusi pada pengurangan emisi,” ujarnya.
Keseriusan Toyota garap pasar mobil listrik RI
Rencana pengembangan mobil listrik di Indonesia sebelumnya telah disampaikan Toyota Jepang. Dalam pertemuan Presiden Jokowi ke Jepang, Vice Chairman of The Board of Directors of Toyota Motor Corporation (TMC), Shigeru Hayakawa, menyampaikan bahwa perusahaan akan menambah investasi sebesar Rp27,1 triliun dalam lima tahun ke depan, seiring dengan keseriusan perusahaan mendukung elektrifikasi kendaraan bermotor.
Toyota semakin serius untuk mempopulerkan penggunaan kendaraan listrik di tanah air. Dalam waktu dekat, kabarnya Toyota akan mulai menjual mobil listrik di pasar nasional.
Raksasa otomotif Jepang ini juga menyampaikan rencana untuk menambah beberapa jenis kendaraan Hybrid Electric Vehicle (HEV) sudah masuk dalam pipeline dalam waktu 4 tahun ke depan.