Jakarta, FORTUNE - Dalam industri minyak dan gas, satuan barel kerap dipakai untuk mengukur jumlah volume produksi. Biasanya, minyak mentah atau gas ditampung dalam sebuah wadah seperti tong raksasa untuk memudahkan menetapkan ukuran standar produksi.
Namun, tidak sedikit yang mungkin masih awam mengenai satuan tersebut. Tak jarang, pertanyaan mengenai “1 barel berapa liter?” muncul di tengah masyarakat.
Lantas, bagaimana cara mengetahui konversi dari barel ke liter? Ini dia cara mengukur dan penjelasan lengkapnya.
1 barel berapa liter?
Dalam satu barel, standarnya setara dengan 42 galon AS. Sementara itu, 1 galon AS sama dengan 3,785 liter. Maka perhitungannya menjadi
1 galon AS = 3,785 liter
1 barel = 42 galon AS x 3,785 liter
Maka, akan didapatkan hasil sekitar 158,97 liter atau dibulatkan menjadi 159 liter
Jadi, untuk menjawab pertanyaan “1 barel berapa liter?”, jawabannya adalah 159 liter.
Berikut adalah beberapa contoh konversi barel ke liter lainnya:
- 1 barel sama dengan 159 liter
- 5 barel sama dengan 795 liter
- 10 barel sama dengan 1,590 liter
- 100 barel sama dengan 15.900 liter
- 1.000 barel setara dengan 159.000 liter
Kini pertanyaan mengenai “1 barel berapa liter?” sudah terjawab. Jadi, Anda tidak perlu bingung ketika berhadapan dengan satuan tersebut. Semoga artikel ini bermanfaat!
Mengenal satuan barel dalam industri migas
Sebelum menjawab pertanyaan “1 barel berapa liter?”, ketahui terlebih dahulu mengenai satuan barel itu seperti apa. Barel atau bbl merupakan singkatan dari blue barrel atau diterjemahkan menjadi tong biru.
Dalam konteks Industri Migas dan sejenisnya, barel menjadi satuan tersebut lazim dipakai untuk mengukur volume produksi.
Awalnya, satuan tersebut cukup banyak dipakai di Amerika Serikat untuk memudahkan para produsen untuk pendisbustrian dan perdagangan hasil produksinya. Seiring berjalannya waktu, barel sudah menjadi standar pengukuran dan harga Minyak Bumi serta minyak mentah dunia.
Meskipun begitu, Amerika Serikat yang lebih sering menggunakan istilah pengukuran tersebut sehingga ukuran barel cukup familier dipakai untuk mengukur volume minyak mentah atau minyak bumi.
Sejarah satuan barel
Satuan barel ini muncul pada tahun 1866 di ladang minyak Pennsylvania. Ladang minyak tersebut ditemukan oleh Edwin L. Drake pada tahun 1859. Sejak itu, eksplorasi minyak bumi pun dilakukan di wilayah tersebut.
Kala itu, Pennsylvania merupakan pemimpin industri minyak minyak tanah. Banyak produk yang diperjualbelikan untuk memenuhi permintaan akan bahan bakar lampu dari minyak tanah.
Standarisasi pengukuran produksi minyak belum ada karena ini pengangkutan minyak masih diangkat dalam tong atau barel. Ada banyak jenis yang dipakai mulai dari tong kayu, tong bir, hingga tong untuk menampung ikan. Artinya, ukuran setiap wadah tersebut berbeda-beda.
Kemudian, sebuah asosiasi bernama Worshipful Company of Coopers berhasil membuat sebuah wadah atau tong kedap air yang mampu menampung sekitar 42 galon atau setara dengan 300 pon. Wadah tersebut kerap dijadikan wadah standar untuk menampung beberapa barang bersifat cair, seperti anggur, sabun, hingga mentega.
Hadirnya inovasi tersebut kemudian digunakan untuk komoditas lainnya. Minyak bumi salah satunya. Karena terisi pas, tong tersebut dianggap lebih praktis untuk mengangkut produksi minyak. Di tahun 1866, barel merupakan ukuran standar dalam industri migas.
Standar tersebut kemudian diadopsi oleh perusahaan minyak Standard Oil Company pada tahun 1872. Dari situ, standar 42 galon dijadikan standar resmi dan menjadi bagian penting dalam industri perminyakan Amerika Serikat.
Untuk memenuhi permintaan akan wadah tersebut, Standard Oil Company membuat tong yang dapat menampung 42 galon. Agar produknya dikenal, mereka mewarnai barel tersebut dengan warna biru. Dari sinilah, banyak yang menganggap bahwa istilah bbl atau blue barrel muncul dari penggunaan warna tersebut.