Nama Hanan Supangkat seketika mencuri perhatian publik karena kasus dugaan korupsi mantan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang menyeretnya.
Dalam penyidikan tersebut, ia diperiksa oleh penyidik dalam kapasitasnya sebagai saksi dalam kasus TPPU (tindak pidana pencucian uang). Pengusaha bisnis pakaian dalam tersebut diduga menjalin komunikasi dengan SYL.
Dalam dunia bisnis, namanya cukup familier didengar. Siapa sebenarnya Hanan Supangkat dan dari mana saja sumber kekayaannya? Simak selengkapnya di sini.
Profil Hanan Supangkat
Dilansir dari rider.co.id, Hanan Supangkat merupakan anak dari Henry Supangkat, generasi ketiga PT Mulia Knitting Factory. Pria kelahiran 23 Desember 1981 ini melanjutkan bisnis keluarganya setelah menyelesaikan studinya di Amerika Serikat.
Saat ini, ia menjabat sebagai direktur di PT Mulia Knitting Factory. Perseroan tersebut menaungi dua merek pakaian dalam pria yang cukup ternama, yaitu Rider dan Swan Brand.
Selain itu, perusahaan tersebut juga memproduksi pakaian pria Spike. Bahkan, produknya juga diekspor untuk merek Polo Ralph Lauren, Osh Kosh, Tommy Hilfiger, hingga PVH.
Pemilik bisnis pakaian dalam
Pada 2004, Hanan Supangkat resmi bergabung bersama ayahnya, Henry Supangkat. Selama kepemimpinannya, perusahaan terus berkembang untuk melebarkan sayapnya di insutri tekstil Indonesia. Bahkan, perusahaan ini telah beberapa kali sukses memboyong berbagai penghargaan bergengsi baik di tingkat nasional hingga internasional.
PT Mulia Knitting Factory awalnya didirikan oleh Phan Tjen Kong pada tahun 1955 dengan membangun pabrik garmen pakaian dalam. Saat itu, produk yang dibuat yakni Pipe's, Apple, Swan Brand, dan Rider.
Pada tahun 1967, perusahaan dipimpin oleh Max Mulyadi Supangkat sebagai generasi kedua. Selama karirnya, bisnis garmen sudah mulai usaha ekspor ke luar negeri dan menjadi pemimpin pasar di Indonesia.
Henry Supangkat kemudian meneruskan jejak ayah dan kakeknya untuk memimpin perusahaan. Lewat kepemimpinannya, ia berhasil mengembangkan bisnis tersebut menjadi produsen tekstil dengan memakai teknologi yang lebih canggih. Sejalan dengan pertumbuan perusahaan, ia juga membangun pabrik baru seluas 70.000 meter persegi.
Selama perjalanan karirnya di PT Mulia Knitting factory, Henry Supangkat sukses memperkuat perusahaan menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia.
Generasi keempat, Hanan Supangkat, kemudian bergabung. Mereka berdua melakukan beberapa inovasi pada merek Rider. Salah satunya dengan meluncurkan tagline “Rider Living Healthy”. Bahkan, merek tersebut sudah dikembangkan menjadi Rider Anti Bakteri dengan menggunakan teknologi dari Swiss.
Hingga sekarang, PT Mulia Knitting Factory telah berkembang dari bisnis keluarga kecil menjadi perusahaan ternama di Indonesia.
Diperiksa sebagai saksi dugaan TPPU
Hanan Supangkat akhir-akhir ini mencuri perhatian publik karena kasus TPPU SYL yang melibatkannya. Dilansir laman IDN Times, Syahrul Yasin Limpo menjadi tersangka atas dakwaan gratifikasi senilai Rp44,5 miliar.
Pihak KPK mencurigai adanya komunikasi yang terjadi antara SYL dengan Hanan Supangkat. Dalam penyidikan, pengusaha pakaian dalam Rider tersebut memenuhi panggilan sebagai saksi atas dugaan TPPU SYL. Bahkan, kediamannya sempat digeledah oleh pihak KPK. Lewat penggeledahan tersebut, ada sejumlah barang yang disita, mulai dari uang tunai pecahan rupiah, valuta asing, hingga dokumen terkait kasus SYL.
Lewat kesaksian tersebut, pihak penyidik makin yakin akan dugaan TPPU SYL. Hingga kini, penyidik masih berupaya untuk mengumpulkan setiap informasi dan bukti kasus tersebut.
Itulah profil Hanan Supangkat pengusaha produsen pakaian dalam pria merek Rider. Keterlibatannya dalam kasus SYL dengan menjadi saksi kini masih ditindaklanjuti oleh pihak penyidik.