Industri Penjualan Langsung Terus Tumbuh Hingga US$186 Miliar
Penjualan langsung salah satu strategi pemasaran efektif.
Jakarta, FORTUNE - Wakil CEO QNET, Jean Francois Huertas, mengatakan industri penjualan langsung terus bertumbuh baik di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara. Keberadaan industri ini terbukti membawa dampak positif.
“Penjualan langsung adalah industri senilai US$186 miliar yang terus mengalami pertumbuhan yang konsisten selama bertahun-tahun karena membawa produk baru yang inovatif ke pasar dan menawarkan sarana alternatif untuk memperoleh pendapatan bagi banyak orang,” ujarnya saat menerima kunjungan Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung Indonesia (AP2LI) di kantor pusat operasional perusahaan di Petaling Jaya, Malaysia, dikutip Jumat (7/7).
Menurutnya, pertumbuhan industri penjualan langsung dan kewirausahaan di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara perlu terus didukung. Penjualan langsung menjadi salah satu strategi pemasaran efektif, termasuk untuk QNET yang memiliki portofolio beragam produk gaya hidup dan kesehatan berkualitas tinggi.
Huertas juga mengapresiasi AP2LI yang turut mendukung pertumbuhan industri penjualan langsung dan kewirausahaan di Indonesia, dan kawasan Asia Tenggara. Menurutnya, asosiasi penjualan langsung, seperti AP2LI, memainkan peran penting dalam meningkatkan kredibilitas industri dan memperkuat reputasinya melalui advokasi pemangku kepentingan yang aktif dan menciptakan sumber informasi yang dapat diakses secara bebas untuk perusahaan dan pelanggan.
Ia menjelaskan, situasi penjualan langsung di tengah pandemi tentu ikut terdampak seiring terdampak dengan diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat, terutama di tingkat nasional. Meskipun demikian, asosiasi tentunya mengupayakan agar tetap memahami kebutuhan industri, dan secara aktif bekerja sama dengan lembaga pemerintah untuk membuat kebijakan dan pedoman yang dapat bermanfaat bagi penjualan langsung dan konsumen.
Dinamika penjualan langsung di tengah kemajuan teknologi
Ketua Umum AP2LI, Andrew Susanto, menyampaikan bahwa tidak ada yang bisa membendung perkembangan teknologi. Tentunya teknologi juga bisa beriringan dengan bisnis penjualan langsung.
“Harus secepat mungkin kita harus memanfaatkan teknologi itu. Siapa yang cepat beradaptasi dengan teknologi, dialah yang akan menjadi pemenang. Dan itu berlaku di bisnis penjualan langsung,” ujarnya.
Selain sinergi dengan teknologi, persoalan klasik lainnya adalah pandangan umum bahwa penjualan langsung adalah permainan uang atau skema piramida. Oleh karena itu, kolaborasi AP2LI dengan perusahaan penjualan langsung seperti QNET juga membawa misi edukasi.
“Kami ingin mengedukasi pemangku kepentingan bahwa penjualan langsung dapat berkontribusi pada ekonomi, menciptakan peluang kewirausahaan untuk semua, dan menghadirkan produk eksklusif baru ke pasar lokal,” katanya.
Sebagai informasi, kunjungan AP2LI termasuk tur ke galeri produk QNET, di mana pengunjung bertemu dengan karyawan untuk mempelajari lebih lanjut tentang sejarah dan perkembangan di balik produk gaya hidup inovatif QNET, dan sesi tentang program dampak komunitas QNET, seperti Green Legacy Initiative, kerja sama QNET dengan organisasi sosial lokal untuk menanam dan menghidupkan kembali hutan global.
QNET adalah salah satu perusahaan penjualan langsung terkemuka di Asia yang menawarkan berbagai macam produk kesehatan, kebugaran, dan gaya hidup yang memungkinkan orang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Model bisnis QNET telah membantu memberdayakan jutaan wirausaha di lebih dari 100 negara di seluruh dunia.
QNET berkantor pusat di Hong Kong dan telah hadir di lebih dari 25 negara di seluruh dunia melalui anak perusahaan, kantor cabang, kemitraan agen, dan pemegang waralaba. Di Indonesia, QNET memiliki 3 kantor perwakilan yang berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan Bali. QNET adalah mitra bisnis dari Asosiasi Penjualan Langsung Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia, dan UEA, serta Asosiasi Makanan Kesehatan Hong Kong dan Asosiasi Industri Suplemen Kesehatan Industri Singapura.