Nestlé Meluncurkan Proyek Baru untuk Mengurangi Emisi
Nestlé ingin mengurangi emisi pada rantai pasok kakao.
Jakarta, FORTUNE - Nestlé telah meluncurkan dua proyek baru yang bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan emisi karbon dari rantai pasokan kakao perusahaannya. Melansir ESG Today pada Jumat (22/3), proyek yang ikembangkan dengan pemasok Cargill dan ETG / Beyond Beans ini akan mendorong agroforestri, mempercepat transisi ke pertanian regeneratif, dan mendukung reboisasi lahan terdegradasi di sekitar komunitas petani kakao.
Nestlé yang menaungi merek cokelat terkemuka termasuk Kit Kat dan Nesquick, adalah salah satu konsumen kakao korporat terbesar di dunia, yang memasok sekitar 430.000 ton per tahun, dengan sebagian besar pasokan bersumber dari Ghana dan Pantai Gading.
Nestlé mengumumkan komitmennya pada tahun 2019 untuk mencapai nol emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2050, dan pada tahun 2020 perusahaan tersebut menerbitkan “time bound plan” untuk mencapai tujuan iklimnya. Tujuan tersebut mencakup target untuk mencapai pengurangan emisi sebesar 20 persen pada tahun 2025 dan 50 persen pada tahun 2030.
Menurut peta jalan net zero perusahaan, pengadaan bahan-bahan menyumbang lebih dari 70 persen jejak emisi gas rumah kaca Nestlé, dengan sekitar 25 persen – 35 persen dari total emisi bahan-bahan disebabkan oleh konversi bentang alam. Rencana perusahaan untuk mengatasi emisi pertanian mencakup menghindari dan menghilangkan deforestasi, konservasi habitat alami, dan penanaman ratusan juta pohon untuk mendukung agroforestri dan reboisasi.
Tonggak menuju net zero perusahaan
Melalui proyek baru ini, Nestlé akan menanam lebih dari dua juta pohon peneduh di lahan yang dikelola oleh hampir 20.000 petani di Ghana dan Pantai Gading, dan diperkirakan akan menghasilkan lebih dari 500.000 metrik ton penghilangan dan pengurangan karbon selama 20 tahun.
Darrell High, Manajer Kakao Global di Nestlé menyampaikan, proyek-proyek ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan menuju net zero perusahaan.
"Kami berupaya mengatasi emisi hingga ke peternakan tempat kami mengambil sumber emisi. Perlindungan hutan jangka panjang hanya dapat terjadi jika berkolaborasi dengan pemasok yang berkomitmen penuh, seperti Cargill dan ETG/Beyond Beans. Kami juga bergantung pada partisipasi masyarakat lokal, yang mempunyai dampak terhadap hutan dan dapat membantu menemukan solusi penggunaan lahan yang paling sesuai dengan realitas lokal," ujarnya.
Melalui program baru ini, berbagai spesies pohon peneduh yang serbaguna akan dibagikan kepada para petani, yang akan mempelajari penanaman dan pemangkasan pohon. Petani akan menerima pembayaran insentif ketika mereka menanam bibit pohon dan merawatnya selama tahun-tahun awal yang kritis, dan kunjungan rutin ke kebun juga akan dilakukan untuk memantau dan memberikan saran dan bantuan teknis jika diperlukan.
Nestlé menambahkan bahwa kolaborasi dengan masyarakat lokal juga merupakan aspek kunci dari program ini, yang keterlibatannya mencakup pemilihan lahan kosong milik masyarakat untuk kegiatan reboisasi dan dimulai dengan pendirian pembibitan pohon.
Cargill Partnership Officer Pantai Gading, Ursule Gatta, mengatakan inisiatif ini benar-benar dapat membuat perbedaan.
"Ambisi kami adalah memperluas proyek ini hingga mencakup 18 koperasi selama lima tahun, selaras dengan program Nestlé Income Accelerator. Kami sangat bangga menjadi bagian dari ini," ujarnya.