Hyundai Berencana Investasi Hingga Rp1.391 T Sampai 2033
Juga targetkan penjualan hingga 5,5 juta unit pada 2030.
Fortune Recap
- Hyundai Motor Company merencanakan investasi KRW120,5 triliun atau Rp1.319 triliun hingga 2033 untuk mendukung Hyundai Way.
- Rencana investasi terbagi dalam R&D, belanja modal, dan investasi strategis guna meningkatkan daya saing pada sektor kendaraan listrik dan teknologi baterai.
- Pada 2023, Hyundai mencatat penjualan global sebanyak 4,21 juta unit mobil.
Jakarta, FORTUNE – Perusahaan otomotif Korea Selatan, Hyundai Motor Company, memiliki rencana jangka menengah hingga panjang yang disebut sebagai Hyundai Way. Untuk mendukung strategi tersebut, perseroan berencana mengucurkan Investasi sebesar KRW120,5 triliun atau Rp1.319 triliun hingga 2033.
Total investasi itu nantinya akan terbagi menjadi tiga bagian, yakni penelitian dan pengembangan (R&D) mencapai KRW54,5 triliun, belanja modal KRW51,6 triliun, dan investasi strategis lainnya mencapai KRW14,4 triliun.
Hyundai menggelontorkan investasi yang tergolong tinggi karena ingin terus meningkatkan daya saingnya pada sektor kendaraan listrik (EV) dan hybrid, serta memajukan teknologi baterai dan kendaraan otonom.
"Dengan strategi Hyundai Way, kami akan merespons pasar dengan cepat dan fleksibel, memungkinkan kami untuk tetap memimpin dalam situasi pasar yang tidak menentu, dan mempersiapkan perusahaan untuk masa depan yang berfokus pada mobilitas dan energi," kata Presiden dan CEO Hyundai Motor Company, Jaehoon Chang, dalam keterangannya yang dikutip Jumat (30/8).
Perusahaan menambah kapasitas produksi hingga 1 juta unit dan menargetkan penjualan secara global hingga 5,55 juta unit mobil per tahun pada 2030. Kemudian, segmen EV menargetkan penjualan hingga 2 juta unit pada tahun tersebut.
Tahun lalu Hyundai berhasil mencatatkan penjualan secara global hingga 4,21 juta unit.
Fokus Hyundai pada mobil hybrid
Jaehoon mengatakan perusahaan akan memperluas penerapan sistem hybrid di luar mobil berukuran compact dan sedang, ke kendaraan kecil, besar, dan mewah, sehingga perusahaan dapat secara efektif menggandakan jangkauan saat ini dari tujuh menjadi 14 model.
Ekspansi tersebut tidak hanya mencakup kendaraan Hyundai, tetapi juga merek mewahnya, Genesis, yang akan menawarkan opsi hybrid untuk semua model, kecuali untuk model yang sepenuhnya listrik.
Hyundai juga akan memperkenalkan sistem TMED-II generasi berikutnya. Versi sistem hybrid meningkatkan kinerja dan efisiensi bahan bakar dibandingkan dengan sistem yang ada.
“Sistem ini dijadwalkan untuk diintegrasikan ke dalam produksi kendaraan mulai Januari 2025,” ujarnya.
Berbekal kemampuan hybrid yang ditingkatkan, Hyundai Motor bakal meningkatkan penjualan kendaraan hybrid secara signifikan. Pada 2028, target penjualan adalah 1,33 juta unit, meningkat lebih dari 40 persen dari rencana penjualan global dari tahun sebelumnya.
Perusahaan memperkirakan lonjakan permintaan hybrid, terutama di Amerika Utara, yang rencananya akan beroleh peningkatkan volume kendaraan hybrid menjadi 690.000 unit pada 2030.
Hyundai berencana untuk memproduksi kendaraan hybrid di Hyundai Motor Group Metaplant America (HMGMA) di Georgia, AS, bersama model EV khusus mereka, termasuk IONIQ 5 dan IONIQ 9, SUV listrik tiga baris yang dinantikan.
“Strategi ini akan memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan cepat pasar Amerika Utara, yang saat ini menghadapi kekurangan pasokan hybrid, dan meningkatkan efisiensi operasional pabrik,” kata Jaehoon.
Memaksimalkan dan berekspansi di beberapa negara
Selanjutnya, untuk mencapai target penjualan pada tahun 2030, Hyundai Motor akan membuka pabrik di Amerika lebih awal pada tahun 2024, serta untuk pabrik EV di Ulsan, Korea Selatan pada 2026. Hal ini akan menambah kapasitas porduksi sekitar 500.000 unit.
Kemudian untuk pasar negara berkembang, Hyundai telah mengakuisisi pabrik di Pune, India, yang memungkinkan perusahaan untuk membangun fasilitas produksi dengan kapasitas 1 juta unit.
Selain itu, Hyundai Motor berencana mengoptimalkan penggunaan fasilitasnya di Cina dan Indonesia, serta secara aktif memperluas pangsa pasarnya melalui bisnis CKD (completely knocked-down) di Timur Tengah, Asia-Pasifik, dan wilayah lainnya.
Jaehoon mengatakan bahwa Hyundai Motor mendorong inovasi manufaktur yang didukung oleh wawasan berbasis data. Perusahaan juga secara proaktif menanggapi preferensi pelanggan, dengan memahami bahwa meskipun EV adalah masa depan transportasi, tidak semua pelanggan siap untuk beralih.
“Oleh karena itu, Hyundai Motor tetap menyediakan berbagai pilihan powertrain, termasuk kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE), hybrid, plug-in hybrid, EV, dan kendaraan berbahan bakar sel hydrogen,” ujarnya.