OPEC Pangkas Produksi 2 Juta Bph, Barat dan Timur Saling Tuding
Keputusan OPEC+ memicu bentrokan terbesarnya dengan Barat.
Jakarta, FORTUNE - Harga minyak dunia kembali bergerak naik usai Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak beserta sekutunya (OPEC+) menyetujui pemangkasan kuota produksi sebanyak 2 juta barel per hari mulai November mendatang.
Langkah ini akan semakin membatasi pasokan minyak di pasar yang telanjur ketat. Keputusan OPEC+ ini memicu bentrokan terbesarnya dengan Barat. Pemerintah AS menyebut keputusan tersebut mengejutkan dan picik.
Melansir Reuters, pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, menyatakan pemangkasan produksi 2 juta barel per hari (bph) setara dengan 2 persen dari pasokan global. Keputusan ini dilakukan guna menanggapi kenaikan suku bunga di Barat dan perekonomian global yang melemah.
Negara kerajaan itu menolak tudingan bahwa mereka berkolusi dengan Rusia, yang termasuk dalam kelompok OPEC+, untuk mendorong harga minyak menjadi lebih tinggi.
Bank Sentral AS bakal lebih agresif menaikkan suku bunga
Menanggapi langkah OPEC+, Gedung Putih atas nama Presiden Joe Biden menyebut akan merilis stok minyak strategis lebih lanjut untuk menurunkan harga minyak.
Pemangkasan produksi minyak juga dinilai akan menambah kenaikan laju inflasi di AS. Ini jelas dapat mendorong Fed untuk semakin agresif menaikkan suku bunga acuan, yang pada akhirnya dapat menekan pertumbuhan ekonomi AS.
"Presiden kecewa dengan keputusan picik OPEC+ untuk memangkas kuota produksi sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi (Presiden Rusia Vladimir) Putin ke Ukraina," kata Gedung Putih.
Saat ini Biden menghadapi penurunan elektabilitas menjelang pemilihan paruh waktu karena inflasi yang melambung. Biden telah meminta Arab Saudi, sekutu jangka panjang AS, untuk membantu menurunkan harga minyak.
Para pejabat AS mengatakan sebagian alasan Washington menginginkan harga minyak yang lebih rendah adalah untuk memangkas pendapatan minyak Moskow. Biden melakukan perjalanan ke Riyadh tahun ini, tetapi gagal mendapatkan komitmen kerja sama yang kuat tentang energi. Hubungan semakin tegang karena Arab Saudi tidak mengutuk tindakan Moskow di Ukraina.
Harga minyak mentah menguat
Pengurangan pasokan minyak yang diputuskan di Wina pada hari Rabu dapat memacu pemulihan harga minyak yang telah turun menjadi sekitar US$90 dari sebelumnya US$120 tiga bulan lalu di tengah kekhawatiran resesi ekonomi global, kenaikan suku bunga AS, dan penguatan dolar AS.
Tidak lama setelah pengumuman OPEC+, harga acuan minyak mentah Brent naik di atas US$93 per barel pada Rabu. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,4 persen menjadi US$87,76 per barel. Pertemuan OPEC+ berikutnya akan berlangsung pada 4 Desember 2022.
Menteri Energi Saudi, Abdulaziz bin Salman, mengatakan OPEC+ perlu proaktif. Menurutnya, bank sentral di seluruh dunia terlambat bergerak untuk mengatasi inflasi yang melonjak dengan suku bunga yang lebih tinggi.
Pemotongan produksi 2 juta barel per hari didasarkan pada angka-angka dasar yang ada. Ini berarti pemotongan tersebut tidak akan terlalu dalam karena produksi minyak OPEC+ turun sekitar 3,6 juta barel per hari dari target produksinya pada Agustus.
Kurangnya produksi terjadi karena sanksi Barat terhadap negara-negara seperti Rusia, Venezuela dan Iran dan masalah produksi dengan produsen seperti Nigeria dan Angola.