BUSINESS

Hilirisasi Tambang Indonesia Dinilai Lebih Untungkan Tiongkok

Faisal Basri kritik kebijakan hilirisasi Jokowi.

Hilirisasi Tambang Indonesia Dinilai Lebih Untungkan TiongkokPresiden Joko Widodo menandatangani baja produk terbaru saat meresmikan pabrik Hot Strip Mill 2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9). ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres.
13 October 2021

Jakarta, FORTUNE - Ekonom senior, Faisal Basri, memandang kebijakan hilirisasi pertambangan justru menguntungkan pihak lain ketimbang memperkokoh industri dalam negeri. Pasalnya, hasil tambang yang diolah smelter justru diekspor dan tidak digunakan untuk mendukung produksi pabrik-pabrik domestik.

"Jadi bukan memperkokoh struktur industri, mengisi di bagian tengah yang kosong. Saya menyebutnya hollow middle," ujarnya dalam webinar bertajuk 'Waspada Kerugian Negara dalam Investasi Pertambangan", Selasa (11/10).

Ia mencontohkan lonjakan ekspor nickel pig iron (NPI) atau feronikel berkadar rendah ke Tiongkok pada 2020. Berdasarkan data International Trade Center, nilai ekspornya saat itu US$309,9 miliar. 

Padahal, menurut Faisal, komoditas tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pendukung industri di Indonesia. Lagi pula, nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bijih nikel menjadi feronikel berkadar rendah tidak terlalu besar.

"Tujuan kita kan hilirisasi supaya kita bisa memperkokoh industri garpu, sendok, pisau bukan diekspor semua. Nah, ini kita lihat sebagian besar ekspor komoditas ini ke Cina, untuk mendukung hilirisasi Cina," ujarnya.

Di sisi lain, penetapan harga patokan mineral (HPM) di tengah upaya hilirisasi pertambangan juga merugikan pengusaha. Sebab, harga tersebut memiliki kesenjangan yang cukup tinggi dengan harga internasional.

Pada Semester I, misalnya, harga nikel kadar 1,8 persen di Shanghai Metal Market (SMM) dipatok US$79,61 per ton. Namun, HPM yang ditetapkan pemerintah hanya US$38,19 per ton. Penetapan harga memang tidak harus dengan besaran sama dengan harga internasional. Tetapi, menurut Faisal, HPM dan harga pasar internasional tidak terpaut jauh.

"Oke tidak harus US$79,61 per ton karena ini harga FOB/CIF. Katakanlah harga FOB bongkar muat segala macam pantas-pantasnya, ya, US$60 per ton atau sialnya US$50 deh (HPM-nya)," jelasnya.

Kerugian Pengusaha Tambang Nikel

Nickel Mining in Morowali. Shutterstock_Eri Saferi

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.