MIND ID Bukukan Laba Rp27,5 Triliun Sepanjang 2023
Setoran MIND ID ke negara susut imbas harga komoditas.
Fortune Recap
- MIND ID mencatat pendapatan Rp27,5 triliun pada 2023, naik dari Rp14,3 triliun (2021) dan Rp22,5 triliun (2022).
- EBITDA meningkat menjadi Rp40,3 triliun dari Rp28,1 triliun (2021) dan Rp36,7 triliun (2022), dengan aset tumbuh menjadi Rp259,2 triliun.
- Kontribusi grup MIND ID kepada negara pada 2023 mencapai Rp49,69 triliun, meskipun turun dari tahun sebelumnya.
Jakarta, FORTUNE - Holding Pertambangan BUMN, MIND ID, sepanjang tahun lalu membukukan Laba sebesar Rp27,5 triliun, yang merupakan peningkatan dibandingkan dengan 2021 yang mencapai Rp14,3 triliun dan 2022 yang bernilai Rp22,5 triliun.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, mengatakan peningkatan laba tersebut juga disertai dengan peningkatan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar Rp40,3 triliun atau meningkat dari 2021 yang sebesar Rp28,1 triliun dan 2022 yang sebesar Rp36,7 triliun.
"Juga disertai dengan pertumbuhan aset dengan CAGR sebesar 12 persen dari 2021-2023 dengan posisi akhir pencapaian aset tumbuh menjadi Rp259,2 triliun di 2023, sedangkan kekayaan equity yang ditanamkan meningkat menjadi Rp129,6 triliun tumbuh dari 2021 yang sebesar Rp87,2 triliun meningkat dengan CAGR 22 persen," ujarnya dalam rapat di Komisi VI DPR, Senin (4/6).
Berdasarkan kinerja operasional, batu bara masih menyumbang volume tertinggi dengan capaian 41,9 juta ton disusul oleh komoditas nikel 13,4 juta ton.
"Kemudian, bauksit sebesar 2 juta ton, alumunium sebesar 215.000 ton, timah ingot 15.000 ton, tembaga sebesar 761.000 ton, dan emas dan perak 0,2 juta atau 200.000 ton," katanya.
Kontribusi grup MIND ID kepada negara sepanjang tahun lalu mencapai Rp49,69 triliun, yang terdiri dari PNBP dan pajak lainnya selain royalti sebesar Rp8,89 triliun, royalti Rp17,49 triliun, serta PPh Badan Rp22,36 triliun.
Capaian tersebut meningkat dari 2021 yang sebesar Rp32,6 triliun, terdiri dari PNBP dan pajak lainnya selain royalti sebesar Rp6,42 triliun, royalti Rp9,52 triliun, serta PPh Badan Rp16,67 triliun.
Namun, dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp58,1 triliun—terdiri dari PNBP dan pajak lainnya selain royalti sebesar Rp7,96 triliun, royalti Rp16,62 triliun, serta PPh Badan Rp33,60 triliun—jumlahnya masih lebih kecil.
"Dapat kami jelaskan penurunan tersebut karena turunnya sebagian harga komoditas tambang yang ada dalam grup MIND ID, seperti yang sangat signifikan adalah komoditas batu bara. Hal yang sama adalah timah, yang juga sedikit turun, kemudian juga di nikel terutama di feronikel itu juga penurunannya lumayan siginifikan," ujarnya.
Dividen
Hendi juga menyampaikan kepada DPR tentang kebijakan dividen perseroan yang disetorkan kepada negara.
Keputusan besaran dividen, katanya, bukan didasarkan oleh kesanggupan anak usaha grup MIND ID melainkan atas permintaan Kementerian BUMN selaku kepanjangan tangan pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas.
"Kami di 2023 setor Rp7,5 triliun bukan karena kesanggupan kami hanya segitu, tapi tentunya kami memahami kenapa Kementerian BUMN memintanya hanya segitu. Karena mereka melihat kami dalam periode pengembangan," ujarnya.
Pengembangan dimaksud berkaitan dengan proyek-proyek strategis nasional yang menyangkut hilirisasi minerba, seperti pembangunan smelter yang membutuhkan belanja modal cukup besar.
"Di Freeport misalnya, biayanya US$3,8 miliar untuk membangun smelter tambahan. Kemudian juga di Antam yang hampir Rp1,82 triliun. Kemudian juga di PTBA yang sudah menggelontorkan dana ratusan juta dolar untuk PLTU Sumbangsel 8. Ini semua membutuhkan [belanja modal]," katanya.
Menurutnya, sebagian dari laba harus dicadangkan untuk pembiayaan belanja modal.